Jakarta (ANTARA News) - Industri elektronika di Indonesia semakin meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan serta penguatan desain dalam upaya menciptakan inovasi teknologi dan produk di tengah era digital yang berkembang.

"Di Indonesia, industri elektronika memperkerjakan banyak tenaga kerja, Polytron adalah salah satu produsen elektronika yang menjadi pionir karena sudah punya fasilitas research and development serta design (R&DD)," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangannya di Jakarta, Selasa.

Airlangga menyampaikan hal itu ketika mengunjungi pabrik PT Hartono Istana Teknologi di Kudus, Jawa Tengah.

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri elektronika merupakan salah satu dari lima sektor yang akan menjadi percontohan dalam penerapan revolusi industri 4.0 di Tanah Air.

PT Hartono Istana Teknologi merupakan perusahaan manufaktur yang menghasilkan berbagai produk elektronika jenis audio video, telepon seluler dan kebutuhan rumah tangga dengan merek Polytron.

Memiliki tiga pabrik di Jawa Tengah dengan luas total mencapai 69 hektare, perusahaan yang berstatus penanaman modal dalam negeri ini mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 10 ribu orang.

Mengenai perkembangan teknologi yang sangat cepat, Menperin menjelaskan, industri sifatnya tidak disruptif melainkan bertransformasi dengan mengikuti tren terkini, termasuk yang dialami di sektor elektronik.

“Banyak produk elektronik yang dahulu sudah hilang dari pasar, karena diganti dengan produk lain. Dulu kita mengenal Betamax dan VHS, yang kemudian digantikan oleh VCD dan DVD.
Selanjutnya, DVD juga mulai tergantikan dengan live streaming,” ujarnya.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus memacu daya saing industri elektronika nasional agar mampu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi. Langkah strategis yang telah dilakukan, antara lain meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui program pendidikan dan pelatihan vokasi.

“Mereka bisa mendorong kegiatan inovasi lanjutan dan mempercepat transfer teknologi,” terang Airlangga.

Menperin menyampaikan, pemerintah sedang menyiapkan insentif fiskal yang disebut super deductible tax atau pengurangan pajak di atas 100 persen. Selain guna mendorong agar terlibat dalam program pendidikan vokasi, insentif ini dapat dimanfaatkan bagi perusahaan yang berkomitmen melakukan riset untuk menciptakan inovasi.

“Jadi, inovasi menjadi dasar kekuatan industri untuk berkompetisi di era persaingan yang semakin ketat,” tegasnya.

Upaya ini dinilai dapat mendorong penguatan nilai Rupiah. Contohnya, dengan perkembangan bioskop di Tanah Air yang belakangan banyak membutuhkan speaker, di mana boks speaker yang berbahan kayu tersebut seharusnya bisa dibuat di dalam negeri.

Baca juga: Menperin: Pengembangan mobil listrik perlu kesiapan teknologi

CEO PT Hartono Istana Teknologi, Hariono mengungkapkan, perusahaan telah mengekspor produk elektronika hingga ke 52 negara. Sementara untuk pemasaran di domestik, Polytron memiliki 2.500 diler yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Untuk penjualan, lebih banyak memang 95 persennya ke domestik, sementara tujuan ekspornya antara lain ke Thailand, Myanmar, Bangladesh, Spanyol, Arab Saudi, Srilanka dan Filipina,” sebutnya.

Hingga tahun 2016, PT Hartono Istana Teknologi cukup mendominasi pasar nasional untuk produk speaker dan televisi tabung dengan market share masing-masing sebesar 72 persen dan 66 persen.

“Kami juga didukung dengan 20 sales office dan 64 service center yang telah kami miliki,” lanjut Hariono.

Sementara itu, Direktur R&D PT Hartono Istana Teknologi, Adi Susanto mengatakan, perusahaan telah mulai membangun divisi R&D sejak tahun 1982. Dalam setiap tahunnya, divisi R&D Polytron dapat menghasilkan 10 produk inovasi baru.

“Khusus untuk produk televisi, divisi R&D wajib menghasilkan dua produk televisi dengan inovasi terbaru yang akan dipasarkan. Ada 60 hak paten yang sudah kami didaptkan dari hasil riset. Dari riset ini bisa kita kembangkan untuk produk jadi,” paparnya.

Salah satu inovasi produk Polytron yang berhasil mendapatkan hak paten dari Amerika Serikat adalah penggunaan natural hair leather (kulit sapi dan kambing) sebagai membran speaker yang terinspirasi dari bedug di Masjid.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018