Jangan sampai bangsa kita ini begitu dihargai di luar, tetapi pecah di dalamnya...
Karawang, Jawa Barat (ANTARA News) - Dalam acara silaturahmi bersama ulama dan tokoh masyarakat di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah III, Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Rabu, Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia yang dikenal dengan persatuan dan kerukunannya.

"Indonesia ini memiliki penduduk muslim terbesar di dunia. Ini yang sering kita lupakan. Indonesia yang memiliki penduduk terbesar ini dihargai oleh dunia karena persatuan dan kerukunannya," kata Presiden.

"Kita memiliki penduduk 263 juta jiwa, ada 17 ribu pulau, ada 714 suku. Ini potensi dan kekayaan bangsa Indonesia, anugerah dari Allah," kata dia.

Sayangnya, ia menuturkan, anugrah iti digunakan untuk memecah persatuan dalam hampir setiap pemilihan kepala daerah mau pun pemilihan presiden, ketika perbedaan pilihan bisa membuat sesama warga tidak saling sama.

Presiden mengatakan demokrasi seharusnya menjadi pemersatu negara, bukan pemecah persatuan.

"Silakan pilih siapa saja, pilih yang baik terbaik. Sudah itu tolong rukun lagi, setiap lima tahun itu ada terus (pesta demokrasi)," kata dia.

Presiden juga menceritakan kunjungan kerjanya ke negara-negara Timur Tengah dan Asia Selatan, yang menghargai kemampuan Indonesia yang penuh keragaman dalam menjaga persatuan.

Ia merasa kaget ketika Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud langsung menjemputnya di pintu pesawat, hal yang tidak biasa dilakukan, karena menghargai Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar dunia yang tetap bersatu.

Ketika mengunjungi Uni Emirat Arab, ia menuturkan, pemimpin Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed juga menjemputnya langsung dan menyopirinya menuju istana.

"Jangan sampai bangsa kita ini begitu dihargai di luar, tetapi pecah di dalamnya. Negara muslim di dunia sangat begitu memberikan penghargaan kepada kita," katanya.

Baca juga:
Presiden minta ulama bersatu sebarkan Islam Wasathiyah
Jokowi bertemu ulama-ulama Jawa Barat, bahas umat sampai pesantren

 

Pewarta: M Ali Khumaini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018