Moskow (ANTARA News) - Shalat Idul Fitri di Kedubes RI di Moskow pada Jumat pukul 08.00 waktu setempat menurut Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Federasi Rusia Mohamad Wahid Supriyadi terasa beda karena banyak jamaahnya, termasuk mahasiswa dan jurnalis asal Indonesia peliput Piala Dunia.

Dubes pun melakukan gelar griya alias "open house" dan mayoritas dihadiri warga Indonesia yang ada di Rusia serta sejumlah relasinya. Acara dimulai dengan sambutan Dubes dan pengenalan para diplomat baru.

Dia pun menyiapkan hidangan khas Indonesia, yakni lontong, nasi, opor ayam, sate ayam, sambal goreng, sayur lodeh, dan tak lupa kerupuk. Namun, ia pun meminta maaf karena bukan ketupat lantaran tidak ada janur, tetapi lontong yang dibuat menggunakan plastik.

Menurut Wakil Dubes, Lasro Simbolon, semua itu dimasak oleh juru masak asli Indonesia sehingga rasanya pas dan sesuai dengan lidah orang Indonesia. Apalagi, lanjut dia, bumbu-bumbunya pun didatangkan dari Tanah Air.

Sejumlah orang yang hadir pun menyukai suasana keakraban di sana sambil menikmati hidangan yang ada. Selain, makanan berat juga tersedia kue seperti lemper, lapis, kacang bawang, serta aneka minuman.

Mereka umumnya berkelompok sambil berbincang dan menikmati hidangan baik dalam ruangan maupun di taman yang memang nyaman dan sejuk untuk bercengkrama.

Pertemuan itu pun dijadikan ajang foto bersama baik sesama mahasiswa maupun mengajak sang Duta Besar yang memang siap diminta pindah ke sana kesini oleh kelompok orang yang menginginkan.

Di sela pembicaraan, karena sebagian besar mahasiswa jarang bersua, tak lepas terkait Piala Dunia yang kini sedang berlangsung di Rusia. Bahkan mereka pun saling meramalkan tim mana yang bakal menjadi juara.

Sejumlah awak media pun menanyakan ramalan atau prediksi tentang siapa juara kepada sang Dubes, dan dijawabnya antara Jerman dan Brazil.

Dubes Mohamad Wahid Supriyadi pun sangat senang dengan adanya Piala Dunia di Rusia karena banyak warga Indonesia yang datang terutama para jurnalis yang di antaranya dapat melihat langsung dan memberitakan beragam kegiatan di instansi yang dipimpinnya.

Dia pun menjelaskan beberapa kegiatan yang telah dan akan dilakukan sepanjang kepeimpinannya selama dua tahun terakhir.

Terkait permasalahan tiket, ia pun siap membantu menjebatani mendapatkan tiket sejumlah pertandingan karena dengan sistem daring penjualan sangat cepat. Di Rusia sendiri, lanjutnya, tidak begitu terlihat kesibukan terkait penjualan tiket, karena memang tidak dijual langsung. Namun, pihaknya bisa menjembatani untuk mendapatkannya.

Kemenangan Rusia 5-0 atas Arab Saudi pada laga pembukaan pun tak luput dari obrolan mahasiswa. Namun, sebagai mahasiswa mengaku hanya bisa menyaksikan laga melalui layar televisi lantaran tak sanggup untuk membeli tiket langsung ke stadion.

Ketika obrolan menyinggung bintang yang akan muncul, rata-rata memprediksikan M Salah dari Mesir, meski untuk menjadi juara negaranya sangat berat. Kehadiran bintang Liverpool di Rusia sangat dinantikan para penggemarnya dan pecinta sepak bola.

Sebab, cara mainnya cukup fenomenal dalam hal menggiring bola dan menceploskannya ke gawang lawan.

Pecinta Messi dan Ronaldo pun tak ketinggalan menyampaikan argumentasinya. Messi, menurut sebagian dari mereka, akan bersinar di Rusia. Sedangkan Ronaldo pun bisa jika pemain lainnya bisa mengimbangi keinginan sosok berjuluk CR-7 itu.


"Masakan Bunda"

Sementara itu, terkait masakan yang disediakan, semua yang hadir sangat menikmati bahkan terlihat beberapa kali nambah terutama sate ayam dan kerupuk karena selama di Rusia jarang sekali menikmatinya.

Mereka pun lebih memilih lontong daripada nasi. Alasannya bahwa "lawan" opor ayam adalah ketupat atau lontong ditambah dengan sambal goreng kentang, sambal menggunakan cabai asli Indonesia dan kerupuk rasanya begitu beda, sehingga muncul istilah "masakan bunda".

Teja Tjakradiningrat mahasiswa strata II di salah satu universitas di Moskow mengaku tahun kedua Lebaran di Rusia dan selalu menyempatkan Shalat Idul Fitri di KBRI karena sebagai ajang silaturahim.

Apalagi, lanjut dia, pihak KBRI selalu menyediakan hidangan terutama ketupat atau lontong dengan opor ayam sebagai makanan khas di Lebaran.

Ia mengaku serasa berada di Tanah Air lantaran banyak warga Indonesia di Rusia yang hadir baik pegawai KBRI, mahasiswa maupun pekerja swasta disana, dengan membawa anak-anak mereka yang bertingkah lucu seperti keponakan-keponakannya di kampung sana.

Tak berbeda dengan Teja, maka Fachri Afifuddin mahasiswa Jurusan Rolling Stock, di Rostov State Transport University di Kota Rostov On Don, Rusia mengaku Shalat Idul Fitri berjamaah di KBRI sebagai ajang pertemuan dan jamuan oleh Dubes sebagai momen silaturahim sehingga serasa berada di Indonesia.

Sebab, menurut dia yang berasal dari Kalimantan Timur itu, disana semua berbahasa Indonesia, bahkan ada yang berbahasa daerah asal Indonesia, sehingga suasana itu sangat mengena apalagi di hari raya.

Mahasiswa yang mendapat beasiswa dari kerja sama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan perusahaan asal Rusia tersebut mengaku menikmati makanan di Kedubes RI.

Memang, lanjutnya, tidak bisa disamakan rasanya berkumpul dengan keluarga di saat hari raya, namun setidaknya dapat mengobati kerinduan akan masakan bunda.

Pewarta: Triono Subagyo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018