Moskow (ANTARA News) - Keputusan Jepang untuk memecat pelatih Vahid Halilhodzic dua bulan sebelum putaran final Piala Dunia menjadi kejutan bagi banyak orang, tetapi mantan bos Philippe Troussier meyakini pengangkatan Akira Nishino mampu memberi dorongan besar pada tim berjuluk "Samurai Biru".

Jepang membuat penampilan keenam mereka di final secara berturut-turut, setelah memulai debutnya di Prancis pada tahun 1998, dan mereka akan memulai pertandingan mereka di Grup H melawan Kolombia di Saransk pada Selasa.

Juara Asia empat kali, yang juga akan menghadapi Senegal dan Polandia, telah menjalani 10 bulan yang bergejolak sejak kualifikasi, memuncak dengan pemecatan mantan pelatih Aljazair Halilhodzic pada bulan April setelah serangkaian pertandingan dengan hasil buruk.

Pemecatan itu dinilai sebagai langkah di luar karakter Asosiasi Sepak Bola Jepang yang biasanya konservatif. Troussier pun mendukung keputusan untuk menunjuk mantan direktur teknik Nishino untuk memimpin tim di Rusia.

"Ini sebuah keuntungan," kata Troussier ketika ditanya tentang penunjukan Nishino. "Karena, mengenai komunikasi dengan Halilhodzic, dia hanya fokus pada mekanisme tim, suara mesin.

"Itu mungkin 60 persen dari pekerjaan, tetapi tanpa jiwa, tanpa komunikasi, tanpa kesatuan, Anda tidak bisa menang. Anda membutuhkan mesin Ferrari, tetapi Anda juga membutuhkan atmosfer di sekitar tim, di mana orang-orang mencintai Anda. Mereka mendapatkan semua hal itu sekarang ada dengan Nishino. Saya pikir itu keuntungan sekarang ini."
 
Timnas Jepang berlatih di Seefeld, Austria, pada foto 6 Juni 2018. (REUTERS/Lisi Niesner)


Nishino telah bertugas hanya untuk tiga pertandingan dan akan bekerja di Piala Dunia pertamanya, meskipun dia juga telah memiliki pengalaman yang signifikan dalam sejumlah peran di sepak bola Jepang.

Pada tahun 1996, ia membantu negara itu lolos ke Olimpiade untuk pertama kalinya sejak 1968, di mana mereka mengalahkan tim Brazil yang sangat berambisi memenangkan medali emas sebelum akhirnya kalah dari kompetisi di babak penyisihan grup.

Sembilan tahun kemudian ia memenangkan gelar J-League dengan Gamba Osaka sebelum memimpin klub yang sama menjuarai Liga Champions Asia pada 2008. Namun ia telah menghabiskan tiga tahun terakhir dari sorotan kepelatihan.

Meskipun Nishino kekurangan aktivitas di garis depan baru-baru ini, Troussier yakin hubungannya dengan pemain dan fans Jepang akan memberikan dorongan tim setelah masa penuh gejolak di bawah Halilhodzic.

"Dari luar kami terkejut. Tetapi ketika Anda berada di dalam rumah, Anda tahu masalahnya berbeda, dan keputusan semacam ini memiliki konsekuensi yang sangat tinggi," kata mantan bos Jepang asal Prancis itu yang pernah membawa Jepang ke putaran kedua Piala Dunia 2002.

"Saya tidak ingin menilai apakah itu baik atau tidak tetapi pada akhirnya pelatih yang mereka pilih, Nishino, ada di sana karena mereka tidak punya waktu untuk mengundang pelatih asing.

"Nishino ada di dalam, dia direktur teknik, dia tahu kebijakan tim nasional dan saya pikir dia adalah pilihan terbaik untuk mendapatkan komunikasi baru dengan para pemain, terutama para pemain yang seharusnya dikeluarkan.

"Dia telah merencanakan kelompok itu dengan bahasa budaya yang sama, dan itu bisa menjadi keuntungan."

(Uu.SYS/C/D011/A/E009)

Pewarta: -
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018