Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat terjadi peningkatan jumlah titik api kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga 30 persen pada Juni 2018 jika dibandingkan Juni 2017.

"Kondisi musim panas sendiri lebih kering dibanding 2017. Jumlah titik panas sudah naik 30 persen dibanding periode sama (Juni) 2017, meski jika dihitung sepanjang tahun jumlahnya masih lebih rendah dibanding 2017," kata Direktur Pengendalian Karhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Raffles B. Panjaitan, Kamis.

Sedangkan total luasan area yang terbakar dari Januari hingga Juni 2018 mencapai 22.000 hektare (ha). Luasannya hampir sama antara lahan gambut dan mineral,katanya usai kegiatan halal bihalal di Manggala Wanabakti, Jakarta.

Meski demikian, menurut Raffles, semua masih terkendali. Terlebih setiap provinsi rawan karhutla sudah lebih siaga dan antisipatif.

"Contoh di Aceh, Pemerintah Kabupaten sudah lebih cepat bergerak, BPBD juga cepat turun, dari Kementerian juga ikut membantu. Tapi karena lahan yang terbakar ada di pelosok jadi lebih sulit pemadamannya, karenanya dibantu Manggala Agni dari Sibolangit, Sumatera Utara," ujar dia.

Saat ini sudah ada delapan provinsi yang menyatakan status siaga karhutla, diantaranya Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.

Selain Pemerintah Provinsi (Pemprov) yang jauh lebih aktif, Raffles mengatakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga sudah menyiagakan helikopter untuk ?water bombing? lokasi karhutla yang terpencil.

Patroli terpadu juga sudah bergerak di sekitar 1000 desa untuk mengantisipasi karhutla. "Mereka juga tetap bekerja saat libur Lebaran 2018," lanjutnya.


Karhutla kawasan konservasi

Untuk mengatasi karhutla di sejumlah taman nasional seperti Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Taman Nasional Komodo (TNK), Raffles mengatakan KLHK menambah tim Manggala Agni dari Sibolangit, Sumatera Utara. Upaya pemadaman terus dilakukan mengingat kawasan yang terbakar di TNGL merupakan area gambut.

"Per hari ini laporan yang diterima luas area karhutla tinggal 10 persen yang masih coba dipadamkan,` ujar dia.

Sedangkan karhutla di Taman Nasional Komodo, ia mengatakan kebakaran terjadi di tanah mineral jadi lebih mudah dipadamkan. ?Saya dengar karena kelalaian, entah itu dari pengunjung atau dari mana. Tapi sudah ditangani sih?.

Sementara itu, Direktur Jenderal Konservasi Alam Sumber Daya Alam dan Ekositem (Dirjen KSDAE) Wiratno mengatakan perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut penyebab terjadinya kebakaran mengingat kebakaran berulang terjadi di lokasi sama di 2015.

Tipologi di Pulau Komodo tidak hanya savana tebal tapi juga rumput yang halus sekali, dan jika itu terbakar akan menjalar terus meski tidak ada angin, dalam satu jam bisa mencapai 30 hektare jika tidak dipadamkan.

Baca juga: 68 hektare gambut di Aceh terbakar

Baca juga: KLHK usut kasus kematian gajah di Aceh

Baca juga: KLHK targetkan tanami DAS 230.000 hektare

Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018