Tigaras, Simalungun (ANTARA News) - Ratusan keluarga korban hilang dan pengunjung kelihatan serius menyaksikan acara adat di perairan Danau Toba menggunakan "gondang batak" untuk mencari penumpang hilang akibat tenggelamnya KM Sinar Bangun, Tiga Ras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Pemantauan Antara di Posko Utama Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sabtu, acara adat tersebut, menggunakan gondang batak dari warga masyarakat Damanik dan juga menghadirkan sejumlah penari tor -tor tradisional.

Selain itu, juga tampak hadir paranormal atau biasa dikenal dengan sebutan sebagai "orang pintar" yang akan memanjatkan doa di lokasi tenggelamnya kapal kayu tersebut.

Orang pintar (dukun) tersebut, juga memberikan berupa sesajen (beras, telur, dan perlengkapan lainnya) di tempat karamnya kapal kayu di perairan Danau Toba.

Melalui acara adat yang cukup sakral itu, dan diharapkan para penumpang KM Sinar Bangun yang hilang dapat kiranya ditemukan.

Para penari adat tersebut, berangkat dari Pelabuhan Tigaras menuju lokasi kejadian dengan menumpang kapal kayu milik "Patra Jaya,".

Acara memohon bantuan pencarian penumpang hilang kepada para penghuni alam goib di Danau Toba itu, ditonton oleh ratusan keluarga penumpang hilang dari pinggiran Pelabuhan Tigaras dengan harap-harap cemas.

Keluarga penumpang berharap agar pencarian penumpang yang hilang itu dapat ditemukan, karena mereka sudah cukup lelah dan menunggu terlalu lama.

Sebelumnya, Kapal kayu KM Sinar Bangun mengangkut ratusan penumpang, diperkirakan tenggelam sekitar satu mil dari dermaga Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin (18/6) sekitar pukul 17.30 WIB.

KM Sinar Bangun mengalami musibah akibat pengaruh cuaca buruk berupa angin kencang dan ombak cukup besar.

Hingga kini, tercatat 19 orang penumpang KM Sinar Bangun ditemukan selamat dan tiga orang meninggal dunia, yakni Tri Suci Wulandari, Aceh Tamiang, Fahrianti (47) warga Jalan Bendahara Kelurahan Pujidadi Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai, dan Indah Yunita Saragih (22) warga P.Sidamanik.

Pewarta: Munawar Mandailing
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018