Pemerintah akan terus meningkatkan 'policy' untuk membangun industri dalam negeri agar kebutuhan barang antara dan barang modal bisa dipenuhi di dalam negeri."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan kenaikan impor yang terjadi pada periode Mei 2018 dibutuhkan untuk mendukung kegiatan investasi di sektor produksi.

"Kenaikan impor ini untuk menunjang sektor produksi," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers perkembangan APBN di Jakarta, Senin.

Sri Mulyani mengatakan impor yang tercatat pada periode ini kebanyakan merupakan bahan modal maupun bahan baku yang dibutuhkan untuk mendorong produksi di berbagai sektor ekonomi.

Untuk itu, apabila porsi impor ini dikurangi dalam jangka pendek, maka dampaknya berpotensi mengganggu kinerja investasi dan menekan pertumbuhan ekonomi.

Namun, ia memastikan pemerintah dalam jangka menengah panjang akan membangun industri dalam negeri yang berorientasi pada bahan baku untuk mengurangi impor.

"Pemerintah akan terus meningkatkan 'policy' untuk membangun industri dalam negeri agar kebutuhan barang antara dan barang modal bisa dipenuhi di dalam negeri," ujar Sri Mulyani.

Selain itu, menurut dia, penguatan struktur daya saing dalam negeri juga sangat penting agar kinerja ekspor makin meningkat dan defisit neraca perdagangan makin berkurang.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2018 mengalami defisit hingga 1,52 miliar dolar AS.

Nilai ekspor pada Mei 2018 tercatat sebesar 14,54 miliar dolar AS, atau meningkat 16,31 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dan naik 22,28 persen (yoy).

Sedangkan untuk impor pada Mei 2018 tercatat mencapai 17,64 miliar dolar AS, atau meningkat 9,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dan naik 24,75 persen (yoy).

Defisit neraca perdagangan ini dominan disumbangkan oleh defisit pada sektor migas sebesar 1,24 miliar dolar AS, sedangkan sektor nonmigas hanya 0,28 miliar dolar AS.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018