Kami sedang mempelajari dengan hat-hati dampak yang akan timbul dari langkah AS ..."
Tokyo/Seoul (ANTARA News) - Jepang dan Korea Selatan (Korsel), dua pembeli utama minyak Iran, sedang dalam pembicaraan dengan Pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait usaha menghindari dampak buruk dari pemberlakuan kembali sanksi-sanksi yang diberlakukan pihak Washington DC yang bertujuan memutus Iran dari pasar internasional.

AS menuntut semua negara memutus semua impor minyak Iran mulai November 2018, kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS, Selasa (26/6), sementara pemerintahan Trump menekan sekutu-sekutunya untuk memutus pendanaan bagi Iran.

Oleh karena itu, Jepang dan Korsel berkeinginan agar tetap diizinkan membeli minyak dari Iran dalam jumlah terbatas selama sanksi-sanksi sebelumnya yang berakhir tahun 2016, tetapi pihak Washington DC waktu ini mengambil sikap lebih agresif.

Yoshihide Suga, kepala sekretaris kabinet Jepang, mengatakan dalam jumpa pers pada Rabu bahwa Jepang dan AS sedang dalam pembicaraan mengenai sanksi-sanksi atas Iran, tetapi menolak mengungkap rincian-rinciannya.

"Jepang dan AS sedang dalam pembicaraan sekarang mengenai pemberlakuan kembali sanksi-sanksi AS terhadap Iran, dan saya menolak mengungkap rincian-rincian tentang pembahahasan tersebut," kata Suga.

Ia menimpali, "Kami sedang mempelajari dengan hat-hati dampak yang akan timbul dari langkah AS, dan kami ingin bernegosiasi dengan negara-negara terkait termasuk AS sehingga tak ada dampak buruk atas perusahaan-perusahaan Jepang."

Di Korea Selatan, seorang pejabat Kementerian Energi yang menolak jatidirinya disebutkan mengatakan pemerintah akan berunding dengan AS agar memperpembebasan AS.

"Posisi kami sama dengan Jepang. Kami sedang membahas dengan AS dan akan merundingkan guna memperpembebasan," kata sumber tersebut kepada Reuters.

Masing-masing pejabat itu tidak menyebut pasokan minyak dari Iran. Kedua negara tersebut yang mengimpor semua kebutuhan minyak mentahnya terancam kehilangan pasokan dari Iran.

Iran merupakan eksporter terbesar ketiga di antara negara-negara anggota Organisasi Pengeskpor Minyak (OPEC). Jepang dan Korsel merupakan dua negara pelanggan bersama dengan China dan India.

Pembeli dari Jepang, Korsel dan India sudah mulai menghubungi lagi pembelian minyak dari Iran.

Harga minyak pada Rabu tidak beraksi kuat sementara para pedagang telah mengantisipasi langkah Washington.

Langkah lebih agresif dari pemerintahan Trump kemungkinan berarti bagi Jepang dan Korsel mengambil lebih cepat untuk mengimpor minyak dari Iran. Sebaliknya China, India dan Turki sepertinya menolak pemotongan siginifikan atas impor pada November, menurut Eurasia Group konsultan risiko politik dalam catatannya.

Pengapalan minyak Iran ke Jepang dan Korea Selatan naik setelah sanksi-sanksi terhadap Teheran dicabut sejak tahun 2016, tetapi pengapalan-pengapalan minyak mencapai angka tertinggi pada 700.000 barel per hari (bpd) di penghujung 2016 dan telah turun jadi sekitar 200.000 bpd, demikian data perkapalan di Thomson Reuters Eikon menunjukkan.

Baca juga: Iran: Hapus minyak dari pasar sejak November tidak mungkin
Baca juga: Harga minyak naik dipicu kekhawatiran sanksi AS terhadap Iran
Baca juga: Harga minyak naik setelah AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran



(Uu.SYS/A/M016/A/M016) 27-06-2018 16:38:51

Pewarta: -
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018