Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo ingin para petani di Indonesia menguasai jaringan pemasaran produknya sehingga bisa mengambil keuntungan optimal dari sisi perdagangan komoditas yang dihasilkannya.

"Jangan sampai petani kita arahkan terus menjual gabah. Stop itu. Petani harus bisa menjual beras. Tetapi beras harus bentuk kemasan. Karena keuntungan ada di situ dan petani harus bisa menjual sampai ke konsumen," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Kamis.

Pada kesempatan itu Presiden meresmikan Acara Pembukaan Asian Agriculture & Food Forum (ASAFF) Tahun 2018 di Istana Negara, Jakarta, yang dihadiri oleh ratusan petani dan anggota Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

Presiden mengatakan petani bisa menguasai jaringan pemasaran dengan cara menitipkan produknya di online store atau dipasarkan sendiri melalui online.

"Tetapi pemasaran sebuah produk harus dikerjakan. Oleh siapa? Oleh petani itu sendiri karena keuntungan ada di situ. Keuntungan ada di perdagangan, keuntungan ada di pemasarannya," katanya.
Ia pun bercerita terkait kunjungannya ke Indramayu belum lama ini dan melihat petani dan BUMN membuat PT. 

"Sisi produksi bagus, pengeringan tidak digelar di rumah, melalui RMU (Rice Milling Unit)-nya ada di situ sehingga kualitas berasnya naik dari medium ke premium karena yang pecah sedikit sekali, rendemennya juga lebih tinggi," katanya.

Beras juga langsung dikemas dan diberi brand dengan gambar dan disain yang menarik sehingga konsumen tertarik untuk membeli.

"Tanpa kita masuk ke urusan bisnisnya, urusan pemasarannya, lupakan loncatan kenaikan kesejahteraan petani akan ada," katanya.

Pemerintah sendiri telah menggelontorkan dana ke desa-desa termasuk melalui Kementerian Pertanian dengan sekitar 40 persen anggarannya ada di Kementan.

Kemudian kata Presiden, dana desa lompatannya juga besar tercatat sampai tahun ini yakni tahun keempat sudah digelontorkan Rp187 triliun dana desa.
"Rp 20 triliun, Rp 47 triliun, Rp 60 triliun, Rp 60 triliun. Sudah, dihitung sendiri bener nggak Rp187 triliun. Ini sebuah angka besar sekali, tapi petani harus bisa mengawasi ini digunakan untuk apa," katanya.

Menurut dia, harus ada pengawasan misalnya untuk infrastruktur, irigasi, dibuat jalan produksi di sawah, selain juga jembatan yang akan mempercepat proses transportasi. 

Ke depan hal-hal itulah yang kata Presiden akan memberikan efek besar produksi di Indonesia. 

Presiden pada kesempatan yang sama juga meminta kepada Menteri Pertanian agar tidak mengkonsentrasikan petani pada penanaman padi.

"Ada komoditas lain yang memiliki nilai tambah lain juga harus kita kembangkan. Misalnya kopi. Siapkan bibit yang baik untuk ditanam," katanya.

Namun ia menekankan agar tidak semua petani menanam komoditas yang sama.

"Tapi juga jangan ramai-ramai semua menanam kopi, nanti harga jatuh bareng-bareng. Kita senangnya kan seperti itu. Tanam juga rempah-rempah. Dulu kita dijajah karena terkenal rempah-rempah
kita. VOC dulu ke sini karena itu. Tapi sekarang itu sudah lama kita lupakan," katanya.

Tahun lalu Presiden sudah meminta kepada Mentan agar kejayaan Indonesia sebagai negara penghasil rempah-rempah dikembalikan lagi.

"Entah di Maluku, Maluku Utara, atau daerah lain. Jangan lupakan itu. Jangan kehilangan konsentrasi kita," katanya.
 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018