Daraa, Suriah, (ANTARA News) - Militer Suriah pada Rabu (4/7) memperlihatkan senjata buatan Barat yang disita dari gerilyawan selama pertempuran hampir dua-pekan di Provinsi Daraa di Suriah Selatan.

Di Kota Kecil Izra`a di pinggir Daraa, senjata yang disita diletakkan di tanah, tempat tentara memperlihatkan kepada wartawan bermacam jenis amunisi.

Di antara senjata tersebut ada peluncur rudal TOW buatan AS dan peralatan militer lain buatan Barat, termasuk peluncur roket anti-tank, peluncur roket anti-pesawat dan pembersih ranjau.

Sebagian senjata itu baru dan masih tersimpan di dalam kotak sedangkan yang lain sudah digunakan, kata Xinhua.

Beberapa tank yang direbut oleh militer dari pertempuran juga diperlihatkan untuk membuktikan gerilyawan mendapat dukungan kuat dari negara Barat.

Seorang perwira militer, yang tak ingin disebutkan jatidirinya, mengatakan kepada Xinhua bahwa senjata dan amunisi yang diperlihatkan hanyalah sebagian dari apa yang telah ditinggalkan oleh gerilyawan dalam pertempuran di Daraa, terutama di kota kecil Ghaliyeh, Al-Gharbiyeh, Sora, Alma dan Mlainet Al-Atash.

"Senjata ini telah memperlihatkan kebohongan mereka sebab kebanyakan dari semua senjata dan amunisi tersebut adalah bulah Barat, termasuk peluncur roket buatan AS," katanya.

Militer di Daraa memerangi bermacam kelompok gerilyawan, termasuk Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida dan gerilyawan yang bersekutu dengan ISIS, kata perwira itu.

Pertempuran di Daraa telah berlangsung selama hampir dua pekan, sebagai bagian dari tekad militer untuk mengusir gerilyawan dari provinsi penting tersebut di dekat perbatasan Jordania dan dari daerah di dekatnya di pinggir Sweida dan Quneitra di Suriah Selatan.

Sejauh ini, militer telah berhasil merebut beberapa desa dan kota kecil di pinggir timur Daraa, sementara berusaha memasuki kota kecil lain tanpa pertempuran sebab sebagian kelompok gerilywan menerima baik kesepakatan perujukan dengan pemerintah.

Kesepakatan perujukan menangani tuntutan gerilyawan untuk menyerahkan senjata berat mereka kepada militer sebagai imbalan bagi pengampunan pemerintah buat mereka yang meninggalkan aksi perlawanan.

Namun, sebagian kelompok ultra-radikal menolak kesepakatan perujukan itu dan melanjutkan pertempuran.

Banyak pegiat mengatakan prestasi militer belum lama ini di Daraa, baik melalui perujukan maupun pertempuran, diperkirakan telah meningkatkan daerah yang dikuasai pemerintah di Daraa jadi 58 persen dari seluruh provinsi tersebut.

Perwira militer itu mengatakan kepada Xinhua bahwa pertempuran akan berlanjut sampai Daraa dan daerah lain yang dikuasai gerilyawan di seluruh Suriah dibebaskan,.

(Uu.C003)

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018