Cirebon (ANTARA News) - Satu bus yang membawa 30 narapidana dari Lapas Cipinang, Jakarta, tiba di Lapas Kelas 1 Cirebon, Rabu petang sekitar pukul 17.50 WIB, sementara satu bus lainnya yang membawa 10 narapidana Lapas Cipinang lainnya tiba di LP Kelas 2 Kuningan satu jam kemudian. Bus Lapas Nopol B 7029 MQ yang masuk ke halaman LP langsung dipagar betis sekitar 20 petugas Polresta Cirebon sampai pintu masuk Lapas. Satu per satu tahanan yang sebagian bertato dengan tangan saling terborgol turun dari bus dan berjalan dengan posisi jongkok sampai masuk ruang isolasi di Lapas Kesambi. Menurut petugas Lapas, saat ini jumlah narapidana yang ada di Lapas Kelas 1 Kesambi mencapai 881 orang sementara kapasitas Lapas sebenarnya hanya untuk 550 orang. "Hampir semua kondisi Lapas di Indonesia sudah terlalu penuh tidak hanya di sini," kata petugas yang enggan disebut namanya. Ipda Rowinqi, Danton Brimob yang memimpin pengawalan menjelaskan, ada 10 anggota ikut mengawal dari Jakarta sampai Cirebon. "Tidak ada hambatan selama perjalanan, semua berjalan lancar," katanya yang kemudian bergegas masuk Lapas. Kepala Lapas Kesambi Faqih Fatah tidak berhasil ditemui wartawan yang akan meminta konfirmasi. Sementara Keterangan dari Kepala Lapas Kuningan Abdurohman, 10 napi dari Lapas Cipinang akan memasuki ruang isolasi dan akan mendapat pengawasan ketat untuk mencegah munculnya bentrokan antar-napi. Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya tawuran massal antar-napi di Lapas Cipinang yang menyebabkan dua napi tewas dan tujuh luka-luka namun diduga akibat persaingan dua kelompok yang selama ini berseteru di dalam LP Cipinang. Ada dugaan pula, tawuran akibat ejekan sesama napi saat lomba sepak bola antar-napi dalam rangka HUT Proklamasi Kemerdekaan tahun 2007. Pasca tawuran, polisi menggelar razia di dalam Lapas dan menyita aneka senjata tajam, potongan besi dan benda lain yang dapat membahayakan sesama napi. Hingga kini belum diketahui mengapa para napi itu dapat memiliki senjata tajam padalah setiap barang yang masuk ke dalam LP harus diperiksa ketat penjaga. Menteri Hukum dan HAM, Andi Matalatta dalam sidak pasca tawuran mengatakan, penyebab terjadinya tawuran adalah fanatisme kedaerahan yang tumbuh di dalam LP.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007