Harga rata-rata daging sapi, daging kambing, daging ayam ras di tingkat konsumen lebih mahal dibandingkan harga rata-rata ikan kembung, tongkol, bandeng dan patin."
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan bahwa harga berbagai jenis ikan sebenarnya lebih murah untuk konsumen dibandingkan dengan daging jenis lainnya sehingga diharapkan semakin banyak warga yang mau menyantap ikan.

"Harga rata-rata daging sapi, daging kambing, daging ayam ras di tingkat konsumen lebih mahal dibandingkan harga rata-rata ikan kembung, tongkol, bandeng dan patin," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Rifky Effendi Hardijanto dalam rilis di Jakarta, Kamis.

Rifki menjelaskan bahwa terkait dengan Instruksi Presiden RI Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) ada dua hal yang diamanatkan ke KKP, yaitu meningkatkan dan memperluas pelaksanaan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) pada masyarakat serta mengawasi mutu dan keamanan hasil perikanan.

Terkait dengan penanganan stunting, ujar dia, ikan dalam posisi yang strategis karena memiliki keunggulan nutrisi dibandingkan sumber protein lainnya. Selain itu potensi produksi sangat besar, dan secara ekonomi kandungan lokal sangat tinggi sehingga menghemat devisa.

Ikan, lanjutnya, juga memiliki keragaman jenis sangat tinggi dan tersedia sepanjang tahun.

Dirjen PDSPKP menyampaikan bahwa Program Gemarikan yang saat ini gencar di lakukan KKP belum bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga perlu dukungan dari berbagai pihak untuk dapat membantu menyebarluaskan ajakan makan ikan ini.

KKP pada tahun 2018 menargetkan angka konsumsi ikan Indonesia 50,65 kg per kapita per tahun, naik dibanding tahun sebelumnya sebesar 47,34 kg/kapita/tahun.

Guna memenuhi target baru tersebut, dibutuhkan tambahan ikan ke pasar domestik sekitar 800.000 ton dibandingkan tahun sebelumnya.

Dengan perikanan tangkap yang saat ini memiliki target produksi sekitar 7.000.000 ton, baik untuk tangkap maupun budi daya. Hal itu juga dinilai lebih dari cukup.

Menurut Rifky, pertumbuhan angka konsumsi ikan di Indonesia belakangan cukup baik. Hanya saja konsumsi ikan masyarakat di Pulau Jawa dan Lampung masih jauh tertinggal dibanding wilayah lainnya di Indonesia.

Selain dengan Safari Gemarikan, upaya peningkatan konsumsi ikan juga dilakukan melalui penyerahan bantuan budi daya lele sistem bioflok untuk pesantren dan sekolah berasrama lainnya.

Sebelumnya, Dirjen Perikanan Budi Daya KKP Slamet Soebjakto mengharapkan tingkat konsumsi ikan di tengah masyarakat terus meningkat seiring dengan upaya pemerintah meningkatkan hasil produksi perikanan Nusantara.

Menurut Slamet Soebjakto, tingkat konsumsi ikan pada tahun 2019 diharapkan dapat menjadi sebesar 54 kg per kapita per tahun.

Dengan target tersebut, setidaknya dibutuhkan suplai ikan sebanyak 14,6 juta ton pada tahun 2019, namun hanya 6,18 juta ton, di antaranya yang diperkirakan berasal dari hasil perikanan tangkap, sedangkan sisanya atau sekitar 60 persennya akan bergantung pada hasil produksi budi daya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018