Tanjungpinang (ANTARA News) - Kepolisian Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penipuan yang dilakukan kelompok terorganisir melalui komunikasi via telepon seluler dengan cara menginformasikan bahwa anak dari calon korban mengalami kecelakaan.

Kapolres Tanjungpinang AKBP Ucok Lasdin Silalahi di Tanjungpinang, Selasa, mengimbau masyarakat untuk tidak panik ketika mendengar ada keluarga yang mengalami musibah yang disampaikan oleh orang yang tidak dikenal.

Masyarakat diharapkan tidak langsung percaya dengan informasi yang disampaikan melalui ponsel tersebut, melainkan harus memastikan kondisi keluarganya.

Biasanya pelaku penipuan menggiring calon korban dengan berbagai cara untuk mentransfer sejumlah uang. "Kami berharap masyarakat lebih cermat dan bijak ketika mendapatkan informasi yang belum jelas, jangan mau digiring untuk mengirimkan uang dengan alasan apapun," katanya.

Seorang warga di Tanjungpinang, NK tadi siang dihubungi oleh orang-orang tidak dikenal. Penelepon mengaku sebagai pihak rumah sakit dan menginformasikan bahwa anak dari pewarta Antara tersebut kecelakaan saat berada di sekolah.

NK pun menahan ketawa karena anak yang disebut penelepon itu berada di sampingnya. Lagi pula sekarang pelajar lagi libur sekolah.

"Pelaku penipuan ini bodoh," kata NK.

NK pun pura-pura panik dan meminta nomor telepon kepada penipu yang tidak menyebutkan namanya itu kepada pihak rumah sakit. Pelaku penipuan ini kemudian memberi nomor ponsel atas nama dr Yosep Handoko. NK kemudian menghubungi orang yang mengaku sebagai dr Yosep Handoko.

Komunikasi dengan orang yang berperan sebagai dr Yosep itu berjalan lancar.

"Si penipu gunakan bahasa medis untuk meyakinkan saya. Tempurung otak anak saya katanya rusak sehingga harus diganti. Si penipu mengatakan sudah memesan tempurung otak anak saya di Apotek Kimia Farma. Saya rasanya tidak tahan menahan ketawa mendengar tipuan itu," katanya.

Dokter palsu itu pun memberi nomor ponsel orang yang mengaku bekerja di apotek tersebut. Apoteker palsu itu kemudian minta uang sebesar Rp7,2 juta untuk membeli tempurung otak tersebut.

Namun ketika ditanya dimana alamat apotek tersebut, apoteker palsu itu hanya mengatakan dekat dalam rumah sakit. Ketika diminta nomor rekening bank untuk mengirim uang Rp7,2 juta, apoteker palsu itu segera mengirimnya.

Uang tidak dikirim, meski berulang kali ?penipu tersebut memintanya, hingga akhirnya mengeluarkan kalimat yang tidak sopan.

"Saya tertawa terbahak-bahak mendengar. Dari awal, penipu pertama hingga penipu ketiga masing-masing tidak menyebutkan tempat atau daerah," katanya.
 

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018