Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menegaskan bahwa perdamaian dunia adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, namun untuk mewujudkannya, butuh komitmen dan semangat yang tinggi, sumber daya yang banyak, dan strategi, serta kerja keras berkelanjutan.

"Kita semua paham bahwa tantangan bagi perwujudan perdamaian dunia ini masih tinggi. Ancaman terhadap keamanan nasional dan internasional makin kompleks, sementara upaya dan kemampuan yang bisa dilakukan masih terbatas," kata Wiranto saat membuka acara seminar Indonesia International Defence Science (IIDS) 2018 di Jakarta, Rabu.

Mengambil tema "Strengthening Defense Diplomacy to Address Common Security Challenges", seminar ini dihadiri oleh lebih dari 1000 peserta yang berasal dari berbagai kalangan, khususnya yang bergerak di bidang pertahanan dan keamanan.

Mewakili Presiden Joko Widodo, kemudian Menko Polhukam mengatakan, potret lingkungan strategis saat ini diungkapkan dengan dua frase yakni ketidakpastian lingkungan yang masih tinggi dan kompleksitas ancaman.

Serangan teroris pada bulan Mei di Jakarta dan Surabaya lalu mengingatkan bahwa Indonesia belum lepas dari ancaman terorisme.

"Saya ingatkan, ini tidak hanya di Indonesia, jaringan terorisme internasional seperti ini juga bisa muncul di mana saja," kata Wiranto.

Selain itu, ada juga ancaman jenis lain yang bersifat non-militer. Misalnya, kejahatan transnasional terorganisir, bencana alam, dan siber.?

Menurut purnawirawan jenderal bintang empat ini, kompleksitas ancaman bukan hanya karena lingkungannya yang transnasional, tapi juga karena bisa saling terkait antara satu jenis ancaman dengan yang lainnya.

"Dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan strategis dan kompleksitas ancaman ini, kebersamaan dalam mencari solusi sangat penting. Saya ingin mengajak kita semua, mari kita perkuat komitmen dan semangat untuk saling melindungi, saling membangun, melalui kerja sama yang efektif, produktif dan menguntungkan semua pihak," kata Wiranto.

Ia menegaskan tema yang diangkat dalam IIDSS tahun kedua ini sesuai dengan amanah UUD 1945 yang salah satu tujuannya adalah turut serta dalam menjaga perdamaian dunia. Oleh karena itu, kemampuan berdiplomasi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang harus selalu ditingkatkan.

"IIDSS adalah bagian penting dari upaya memperkuat diplomasi pertahanan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini mari kita gali bersama pemikiran ilmiah dan akademis sebagai peluang-peluang yang bisa kita kembangkan untuk kepentingan bersama," ujarnya.

Menko Polhukam menambahkan, ada dua aspek utama dariilmu pertahanan atau defense science yang ditawarkan dalam IIDSS 2018 ini yang sangat penting untuk dikaji, yaitu dari perspektif defense study dan perspektif defense technologies.

"Seminar ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga dapat menghasilkan pemikiran, inspirasi dan dorongan bagi para pembuat kebijakan dalam memperkuat diplomasi pertahanan di kawasan regional maupun global," ujarnya.

Diakui dunia

Sementara itu, pengamat militer dan intelijen Dr Susaningtyas Kertopati mengatakan, seminar IIDS 2018 yang diselenggarakan oleh Universitas Pertahanan (Unhan) adalah forum ilmiah yang diakui masyarakat dunia.

"Dibandingkan penyelenggaraan IIDSS tahun lalu, maka para pembicara internasional dan peserta seminar lebih banyak dan lebih beragam latar belakang kepakarannya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan," katanya.

Topik-topik seminar juga sangat khas dari sudut pandang pertahanan negara dan keamanan nasional sebagai cakupan disiplin ilmu pertahanan. Topik "Weapon of Mass Destruction" sangat relevan dengan situasi terkini di Timur Tengah dan Semenanjung Korea.

Baca juga: Menko Polhukam buka seminar IIDS 2018

Topik "Terrorism and Separatism" juga dinilai banyak pakar sangat tepat sebagai masukan kepada pemerintah RI. Bahkan Topik "Media and Information Warfare" sangat tepat dibahas di tengah maraknya "fake news", "hate speech" dan lainnya yang sangat mengganggu masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.

"Besar harapan aparat keamanan dan kalangan akademisi dapat berinteraksi selama seminar tersebut berlangsung sebagai salah satu wujud persatuan dan kesatuan," katanya.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018