China memang gagal menembus putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia setelah langkahnya terhenti di putaran ketiga kualifikasi Grup A Zona Asia.

Bagi Zeng Cheng dan kawan-kawan, absennya timnya di Piala Dunia yang digelar di negara tetangga sendiri itu tentu sangat menyakitkan.

Bagaimana tidak, kiper senior berusia 31 tahun yang kenyang pengalaman internasional, termasuk 46 kali menjaga benteng pertahanan terakhir Persebaya Surabaya pada musim kompetisi Liga Indonesia 2005 itu, belum mampu memotivasi juniornya di tim Naga tersebut.

Anak asuh Marcello Lippi itu juga dianggap gagal mengulang sukses tampil di negara tetangga saat Piala Dunia 2002 digelar di Korea Selatan dan Jepang.

Kegagalan itu memang tidak sepadan dengan upaya membangun persepakbolaan nasional, mulai infrastruktur, pendirian 150 ribu unit sekolah sepak bola, hingga mendatangkan pelatih dan pemain asing berkelas dunia di kompetisi domestik.

Walau begitu, kegagalan demi kegagalan tersebut sama sekali tidak menyurutkan keterlibatan China dalam ingar-bingar perhelatan sepak bola teragung di jagat raya ini.

Langkah Zeng boleh saja terhenti di zona regional, tapi siapa yang mampu menghentikan langkah "penggila bola" (gibol) dari negeri Panda yang sedang menikmati masa keemasan ekonomi global itu?

Sedikitnya 100 ribu gibol dari daratan Tiongkok sudah tidak lagi mempersoalkan besaran uang yang dikeluarkan untuk memenuhi hasratnya menyaksikan Piala Dunia.

Ctrip, platform perjalanan pariwisata daring terbesar di China, menyebut angka tiga miliar RMB (Rp6,45 triliun) uang yang dipersembahkan para gibol China untuk bisa mencapai daratan Rusia dengan asumsi setiap orang mengeluarkan sedikitnya 30.000 RMB.

Selama Piala Dunia berlangsung pada 14 Juni-15 Juli 2018 terdapat 20 kali penerbangan langsung dari China menuju Rusia dalam sehari.

Dalam satu hari pula, maskapai-maskapai penerbangan yang beroperasi di rute China-Rusia telah membawa 4.000 penumpang, selama perhelatan tersebut.

Selama Piala Dunia di Rusia itu pula sebanyak 5.000 penggemar sepak bola dari China membeli paket perjalanan melalui Ctrip. Angka itu lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan Piala Dunia 2014 di Brazil, tulis People`s Daily.

Poling yang dilakukan lembaga survei FIFA menyebutkan bahwa 87 persen responden dari China menyatakan keinginanannya menonton Piala Dunia, lebih banyak daripada responden dari Rusia, Brazil, Italia, dan Amerika Serikat.

Kebijakan bebas visa lebih memudahkan perjalanan menuju Rusia. Apalagi China menjadi sumber utama wisatawan ke Rusia.

Selama berlangsungnya Piala Dunia, beberapa wisatawan yang mendapatkan tiket pertandingan bisa langsung mendapatkan bebas visa ke Rusia.

Jadwal penerbangan langsung dari beberapa kota di China, seperti Xi`an, Nanchang, Guiyang, dan Fuzhou menuju Moskow dan St Petersburg ditambah.

Selain itu, nilai tukar RMB terhadap Rubel yang terus membaik memberikan kesempatan terbaik baik bagi wisatawan China yang gemar berbelanja di Rusia.

Pada tahun ini, Ctrip menawarkan 600 paket perjalanan ke Rusia. Agen perjalanan wisata lainnya juga meningkatkan penawaran paket baru untuk menjaring wisatawan potensial.

Tarif hotel dan fasilitas lainnya juga naik signifikan. Sejak pertengahan Juni hingga pertengahan Juli 2018, paket wisata kelompok dan individu telah terjual dengan harga rata-rata 14.000 RMB (Rp30,1 juta) atau dua kali lipat dibandingkan dengan harga normal.

Data Ctrip menyebutkan bahwa Shanghai, Beijing, Chengdu, Chongqing, dan Xi`an merupakan kota-kota yang banyak menyumbangan wisatawan ke mancanegara.

Namun, wisatawan dari Guangdong, Hebei, Fujian, dan Beijing lebih banyak yang gemar menonton Piala Dunia ke Rusia.

Sepuluh kota di Rusia, termasuk Moskow, St Petersburg, Sochi, Vladivostok, dan Irkutsk paling banyak dikunjungi wisatawan. Delapan dari sepuluh kota itu menjadi tempat penyelenggaraan Piala Dunia.

Perempuan dan Bonek
Percaya atau tidak, ternyata sekitar 57 persen pembeli tiket Piala Dunia dari China itu berjenis kelamin perempuan.

Ctrip sampai tidak menyangka dengan data penjualan tiketnya selama Piala Dunia itu didominasi kaum hawa.

Mereka mengaku berangkat ke Rusia karena ingin melihat para pemain pujaannya dari dekat, demikian survei Ctrip.

"Penggemar bola di sini, terutama yang cewek sangat mengidoalakan Messi," kata Xiao Fei, perempuan penggemar sepak bola asal Shandong, kepada Antara di Beijing pada 29 Juni 2018.

Sangat beralasan jika wajah kapten tim nasional Argentina itu terus menghiasi layar televisi warga China, bahkan lebih sering dibandingkan dengan para pemain sepak bola lainnya.

"Saya tidak dilahirkan menjadi orang kuat. Saya berjuang agar bisa menjadi kuat," demikian suara latar berbahasa Mandarin mengiringi gambar wajah Messi dari dekat (close up).

Munculnya Messi di layar kaca yang sudah tidak lagi bermain untuk timnya karena tersisih di babak perdelapan final setelah bertekuk lutut di hadapan Prancis yang akhirnya lolos sebagai finalis Piala Dunia 2018.

Pemain bernomor punggung 10 itu sedang menjadi bintang iklan susu buatan Mengniu Dairy Co yang berkantor pusat di Mongolia Dalam, China.

Iklan tersebut tayang berulang kali saat menjelang, turun minum, dan sesudah pertandingan Piala Dunia yang dimulai sejak pertengahan bulan lalu itu.

"Idola saya sudah tersingkir. Nonton Piala Dunia sudah tidak bergairah lagi," kata Ru Yu, gibol perempuan, saat ditemui di salah satu kafe di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu, Sabtu (7/7).

Tidak semua gibol China berduit. Mi Dong, salah satunya. Pria asal Kota Chongqing itu harus mendekam di penjara Kepoisian Provinsi Heilongjiang setelah upaya menyelinap wilayah perbatasan China-Rusia terendus petugas, Selasa (3/7).

Tentu saja ibunda Mi terkejut akan kenekatan anaknya melakukan perjalanan ribuan kilometer dari barat daya ke timur laut.

"Dia ngomel akan mencari tempat yang bagus untuk menonton Piala Dunia," tutur ibunda pelaku itu sebagaimana dikutip Global Times.

Mi mengambil jalan pintas karena tiket pesawat sangat mahal ditambah prosedur pengurusan visa yang sangat rumit.

Karena ulah anaknya itu, sang ibu harus melakukan perjalanan dari Chongqing ke Heilongjiang yang berjarak sekitar 2.723 kilometer itu untuk membesuk putranya di sel tahanan kepolisian, seperti ditulis Chongqing Times.

Provinsi Heilongjiang berbatasan langsung dengan Rusia. Vladivostok merupakan salah satu kota besar di Rusia yang berada di sebelah tenggara Ibu Kota Provinsi Heilongjiang di Harbin. Jarak Vladivostok-Harbin hanya 520 kilometer dan dapat ditempuh kereta api.

Gemirincing Renminbi
Gemerincing renminbi (RMB) di pelataran tetangga yang sedang hajatan Piala Dunia tidak hanya bersumber dari para gibol.

Sejumlah perusahaan asal China diperkirakan telah menghabiskan 835 juta dolar AS untuk belanja iklan dalam Piala Dunia yang dihelat di 11 kota di Rusia itu.

Perusahaan periklanan China pada Piala Dunia tahun ini telah membelanjakan uangnya dua kali lipat dibandingkan dengan Amerika Serikat yang hanya 400 juta dolar AS.

Begitu juga nilai belanja iklan China jauh lebih besar jika dibandingkan dengan Rusia sebagai tuan rumah yang hanya 64 juta dolar AS sebagaimana statistik grup media Zenith yang "diposting" dalam aplikasi Yicai.com pada 10 Juni lalu.

Selain Mengniu, ada enam perusahaan China lainnya, yakni Dalian Wanda Group, Hisense Electronics Co, Yadea Technology Group Co Ltd, Vivo Mobile Communication Technology, Zhidian Yijing Virtual Reality Technology, dan Immerex yang turut mensponsori Piala Dunia tahun ini.

Padahal pada Piala Dunia di Afrika Selatan delapan tahun lalu hanya satu perusahaan China yang menjadi sponsor sekaligus mencatat sejarah sebagai perusahaan pertama dari daratan Tiongkok yang terlibat dalam ajang empat tahunan itu, tulis China Daily pada edisi 11 Juni 2018.

Tidak heran jikalau Piala Dunia di negara terluas di Eropa itu bercita rasa Tiongkok.

"Saya merasa seperti menonton tim Guangzhou Evergrande Taobao bermain di Liga Super China (LCA)," kata Ma Chao, penggemar sepak bola China, yang berangkat ke Moskow bersama ribuan gibol lainnya dengan menumpang kereta api dari China.

Hampir sepanjang pertandingan Piala Dunia berlangsung, papan-papan iklan di pinggir lapangan lebih sering berhiaskan karakter Mandarin.

China dan Rusia sangat dekat, sedekat hubungan personal Xi Jinping dan Vladimir Putin. Kedua kepala negara tersebut bertemu beberapa hari menjelang putaran final Piala Dunia 2018 dimulai.

Meskipun untuk menghadiri pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Qingdao, Provinsi Shandong, pada 8-10 Juni 2018, perjumpaan Xi-Putin sangatlah strategis.

Bukan sekadar mempererat hubungan bilateral, tetapi setidaknya pertemuan kedua tokoh berpengaruh di dunia itu seakan menjadi garansi bagi para pengusaha, khususnya dari China, yang telah menginvestasikan dananya selama 30 hari turnamen tersebut berlangsung.

Apalagi China tidak hanya mengucurkan miliaran renminbi, melainkan juga komitmen aparat penegak hukumnya untuk menindak tegas pembajakan atribut "FIFA World Cup 2018" seperti razia di basis-basis industri berorientasi ekspor di Zhejiang, Guangdong, dan Hubei baru-baru ini.

Lalu, jika sebelum Piala Dunia digelar, Putin secara khusus menemui Xi, maka apakah Jokowi akan melakukan hal yang sama agar bisa menarik renmibi sebanyak-banyaknya pada ajang Asia Games di Jakarta dan Palembang bulan depan yang diikuti 40 negara, termasuk China itu? 

 

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018