Banjarmasin (ANTARA News) - Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat meluncurkan Pusat Kajian Perikanan Air Tawar sebagai yang pertama di Indonesia.

Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan Indonesia (FP2TPKI) Dr Luky Adrianto di Banjarbaru, Sabtu, mengapresiasi dan mengaku terus mendorong kemajuan pusat kajian tersebut.

Ia berharap, perguruan tinggi lainnya bisa juga melakukan terobosan serupa yang lebih fokus mengkaji tentang air tawar.

"Ini pusat kajian pertama yang benar-benar khusus dibangun di bawah kerangka perguruan tinggi sebagai sebuah lembaga yang fokus meneliti air tawar," katanya.

Keberadaan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) itu sendiri pada acara itu guna menghadiri Pertemuan V Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan Indonesia yang digelar di Q Grand Dafam Syariah Hotel Banjarbaru. Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM dalam kegiatan itu bertindak sebagai tuan rumah.

Luky mengungkapkan selama ini pengembangan ilmu terkait dengan laut sudah banyak. Namun, untuk perairan air tawar masih minim.

Padahal, menurutnya, di Indonesia luas laut dan perairan air tawar atau kerap disebut perairan umum daratan hampir sama sehingga mesti terus didorong riset-riset mengenai hal tersebut.

"Saya mengusulkan setiap kampus punya ciri khas. Bikinlah yang belum pernah ada atau paling tidak baru ada sedikit. Contohnya ULM saat ini membuat Pusat Kajian Perikanan Air Tawar. Perairan umum baik danau, sungai, waduk, hingga rawa seluas 1,4 juta hektare jadi potensi luar biasa," paparnya.

Rektor ULM Prof Sutarto Hadi saat membuka acara itu, mengaku bangga ULM menjadi tuan rumah kegiatan dan sekaligus peresmian Pusat Kajian Perikanan Air Tawar.

"Tentu hal ini sangat mendukung visi ULM menjadi universitas terkemuka dan berdaya saing di bidang lahan basah, sehingga Fakultas Perikanan dan Kelautan menjadi `leading sector` baik berupa riset, publikasi, pengabdian masyarakat, pengembangan inovasi perairan air tawar, paten hingga inovasi lainnya," tuturnya.

Sutarto optimistis bahwa pusat kajian tersebut bisa dikembangkan lebih lanjut untuk didorong menjadi pusat unggulan iptek universitas pada masa mendatang.

Sebagai wujud apresiasi, ia berjanji memberikan insentif minimal Rp100 juta guna modal awal pengembangan pusat kajian tersebut.

"Harapan saya produk penelitian dikembangkan untuk komersial menjadi sumber pendapatan universitas. Seperti baru-baru ini kita dapat bantuan Rp1,5 miliar dari Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi untuk membuat produk akar pasak bumi. Jadi seperti ini kita dorong terus agar bisa mendapatkan hibah-hibah lain yang lebih besar," tuturnya.

Di sisi lain, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM Pahmi Ansyari menjelaskan pertemuan tersebut dihadiri sekitar 90 peserta dari 48 perguruan tinggi mulai dekan, direktur, hingga ketua jurusan dan ketua program studi perikanan dan kelautan.

Selain agenda utama rapat forum pimpinan, kegiatan juga diisi "coaching clinics" publikasi dan kunjungan lapangan wisata susur sungai, yakni ke Kampung Pelangi, Kampung Jamu, Amanah Borneo Park Banjarbaru, dan Pasar Terapung Lok Baintan. Dijadwalkan juga ada ramah tamah dengan Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani.

Turut hadir pada acara pembukaan kegiatan itu, antara lain Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina yang merupakan alumnus Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM.

Baca juga: Arkeolog: perlu kajian arkeologi bawah air Papua

Pewarta: Gunawan Wibisono
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018