Moskow (ANTARA News) - Jalur Nestor Pitana asal Argentina begitu berliku untuk menjadi wasit di final Piala Dunia, di mana ia sempat bekerja sebagai figuran film dan petugas keamanan di tempat disko, serta pernah menjadi pemain bola basket di level regional.

Pria 43 tahun yang berasal dari Provinsi Misiones itu akan menjadi wasit kedua setelah kompatriotnya Horacio Elizondo, yang memimpin pertandingan pembukaan dan final setelah pada terpilih untuk memimpin pertandingan Prancis melawan Kroasia pada Minggu.

Dengan tubuh bertinggi badan 1,92 meter, Pitana secara fisik merupakan sosok yang, setelah terbiasa dengan kata-kata kasar dan permainan keras di sepak bola domestik Argentina, tidak mudah diintimidasi para pemain yang marah.

"Pitana sekuat batu karang," kata Pierluigi Collina, kepala komite wasit FIFA, kepada media Argentina pada awal turnamen.

"Ia tidak akan terbawa protes-protes dan tuntutan para pemain."

Menurut statistik di laman Transfermarkt, Pitana telah memimpin 347 pertandingan profesional, mengeluarkan 1.658 kartu kuning dan 108 kartu merah, dan memberikan 81 penalti sejak debutnya pada 2007.

Seperti wasit manapun, ia tidak terhindar dari terlibat kontroversi.

Pada pertandingan liga yang berlangsung pada April, ia gagal melihat kiper Estudiantes yang gagal mempertahankan bola saat berusaha untuk mencegah tendangan sudut, dan beberapa saat kemudian menghadiahi penalti kepada tim lawan, Chacarita.

"Jika saya yang bermain, pertandingan kemungkinan tidak akan selesai," kata presiden Estudiantes Juan Veron yang murka, setelah timnya kalah 0-2.

Pitana juga diingat untuk perannya pada "Derby Superclasico" pada 2014, ketika River Plate mencetak gol larut untuk menentukan kemenangan dari tendangan sudut yang menurut klaim kubu Bocar Juniors semestinya tidak diberikan.

Setelah pernah bermain bola basket dan sepak bola di level regional, Pitana kemudian memasuki dunia perwasitan dan juga mempelajari pendidikan fisik.

Ia juga pernah menjalani pekerjaan-pekerjaan yang tidak biasa, termasuk menjadi figuran sebagai sipir penjara pada film Argentina "La Furia" pada 1997, serta pernah bekerja sebagai penjaga pantai dan petugas keamanan di tempat disko.

Ia melakukan debut wasitnya di divisi tertinggi sepak bola Argentina pada 2007, menjadi wasit internasional tiga tahun kemudian, dan memimpin empat pertandingan pada Piala Dunia terakhir di Brazil.

Baca juga: Belgia juara ketiga Piala Dunia 2018

"Bagi setiap anak yang mencintai sepak bola, merupakan suatu mimpi untuk berada di Piala Dunia," ucapnya kepada laman resmi FIFA.

"Tim ini bekerja begitu keras untuk dapat berada di tempat kami berada, kami telah melakukan salah satu pencapaian terhebat dalam dunia perwasitan. Dan sekarang kami ingin menyelesaikan pekerjaan, dengan cara sebaik mungkin," katanya, demikian dilaporkan Reuters.

(H-RF/B015)

Pewarta: antara
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018