Jakarta (ANTARA News) - Sosok Kepala Staf Presiden, Jenderal TNI Purnawirawan Moeldoko, dinilai seorang pengamat politik masih belum ideal untuk menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi calon presiden petahana Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019, karena tak cukup populer.

"Moeldoko yang berlatar belakang militer memiliki kapasitas sebagai pemimpin dan nasionalisme tinggi, tapi Moeldoko belum populer sehingga harus banyak memperkenalkan diri kepada publik," kata pengamat politik dari Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, Toto Izil Fatah, ketika dihubungi melalui telepon selulernya, di Jakarta, Senin.

Toto meyakini salah satu pertimbangan Jokowi dalam memilih bakal cawapres adalah kemungkinan untuk menaikan elektabilitasnya secara signifikan.

"Popularitas Moeldoko saat ini hanya 29 persen," katanya.

Masih rendahnya popularitas Moeldoko, kata Toto, tidak lepas dari capaian yang dinilai datar baik saat menjabat sebagai Panglima TNI 2013-2015 maupun saat memimpin Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

"Sebagai Panglima TNI masih lebih teruji Jenderal Gatot Nurmatyo yang menghadapi tantangan demo besar-besaran 411 dan 212," kata Toto.

"Apalagi HKTI tidak solid dan terpecah menjadi dua organisasi," ujar dia menambahkan.

Baca juga: Mahfud dan TGB hadiri kuliah umum Jokowi

Baca juga: Jokowi masih matangkan cawapresnya

Baca juga: Parpol koalisi diperkirakan dapat terima Moeldoko sebagai cawapres


Lebih lanjut, menurut Toto, angka ideal untuk pasangan capres-cawapres agar optimistis bisa memenangi pemilu ialah popularitas dan elektabilitas keduanya harus minimal 80 persen.

Dalam kata lain, Moeldoko harus bisa meningkatkan popularitasnya melampaui 50 persen.

"Ini jadi PR besar bagi Jokowi, jika ingin memilih Moekdoko sebagai cawapres," katanya.

Baca juga: Pengamat: Romahurmuziy layak dipertimbangkan cawapres Jokowi

Baca juga: Selain Cak Imin, Rommy bahkan dinilai paling layak dampingi Jokowi

Baca juga: Menteri Susi tampik dirinya masuk bursa Cawapres

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018