Bogor (ANTARA News) - Indonesia menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebanyak 26 persen pada 2020, sebagai bagian dari komitmen peningkatan kualitas pembangunan yang berkelanjutan dan sekaligus berkontribusi untuk mengatasi pemanasan global.

Hal itu disampaikan Kementerian Pertanian dalam Workshop dan Pelatihan Peningkatan Kompetensi dan Pengetahuan Peneliti dalam Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca dari Peternakan Menggunakan Software ALU Tool untuk Mendukung Target Penurunan Emisi Tahun 2020, di Bogor, Jawa Barat, Senin (16/7).

Workshop dan Pelatihan ini dilakukan selama 5 hari (16 - 20 Juli 2018) bertempat di The Sahira Hotel Bogor dan Balai Penelitian Ternak Ciawi. Pelatihan diikuti oleh sebanyak 36 peserta, yang terdiridari 26 peneliti BPTP, 2 peneliti Balitnak, 3 peneliti Puslit bangnak, 2 peneliti Lolit Sapi Potong, 2 peneliti Lolit Kambing Potongdan 1 peneliti Balingtan.

Narasumber dalam kegiatan ini Dr. Leandro Buendia (International Climate Change Consultant, Philipines), Dr. Stefan Muetzel (NZAGRC-Grasslands Research Centre, New Zealand) dan Dr. Joel Gibbs (Ministry for Primary Industries, New Zealand).

Dr. Joel Gibbs dari Ministry of Primary Industry New Zealand yang akan memberikan teori terkait GRK dan sistem inventory dari peternakan; Dr. Stefan Muetzeldari Agricultural Research New Zealand yang memberikan pengetahuan terkait pengukuran dan perhitungan GRK dengan menggunakan respiratory chamber dan Dr. Leandro Buendiadari Philipine yang akan memberikan pelatihan terkait penggunaan Software ALU Tool.

Tujuan pelaksanaan workshop adalah guna mendukung program pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebanyak 26% pada 2020. Diharapkan pada tahun 2030 akan menurunkan emisi dari semua sektor sebesar 29% dengan usaha sendiri atau sampai 41% dengan bantuan pendanaan dari luar negeri.

Komitmen ini merupakan bagian dari peningkatan kualitas pembangunan yang berkelanjutan dan sekaligus berkontribusi untuk mengatasi pemanasan global.

Upaya yang dilakukan untuk dapat merealisasikan komitmen tersebut adalah disusunnya Rencana Aksi Nasional GRK (RAN GRK) yang merupakan panduandan target penurunan secara nasional dan Rencana Aksi Daerah GRK (RAD GRK) yang disusun dan ditargetkanakan dicapai oleh setiap provinsi.

RAN GRK disusun untuk dapat digunakan sebagai landasan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat serta pelaku ekonomi untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi GRK.

Peningkatan kemampuan peneliti di lingkup BPTP, Balit/Lolit dan Puslit dalam pengukuran dan perhitungan emisi GRK menggunakan software ALU Tool. Hal ini perlu dilakukan agar tenaga peneliti dapat melakukan penelitian yang semakin baik atau menjadi pendamping yang semakin terampil dan bermanfaat bagi masyarakat.

Dengan dimilikinya pengetahuan tentang emisi GRK dan metode perhitungan yang lebih baik serta terkontrol, maka upaya pencapaian target penurunan emisi GRK di tahun 2020 seperti yang tercatat dalam RAD GRK di masing-masing provinsi dapat tercapai.

Dampak dari kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peneliti di lingkup BPTP, Balit/Lolit dan Puslit dalam pengukuran dan perhitungan emisi GRK menggunakan software ALU Tool.

Hal ini perlu dilakukan agar tenaga peneliti dapat melakukan penelitian yang semakin baik atau menjadi pendamping yang semakin terampil dan bermanfaat bagi masyarakat.

Dengan dimilikinya pengetahuan tentang emisi GRK dan metode perhitungan yang lebih baik sert aterkontrol, maka upaya pencapaian target penurunan emisi GRK di tahun 2020 seperti yang tercatat dalam RAD GRK di masing-masing provinsi dapat tercapai.

Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018