Mataram (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena gerhana bulan total bertepatan dengan terjadinya "minimoon" akan terlihat di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, selama 103 menit pada 28 Juli 2018.

"Gerhana bulan total 28 Juli 2018 adalah fenomena astronomi terlama abad ini. Peristiwa tersebut dapat diamati secara langsung di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Kota Mataram selama 103 menit," kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Riyanto, di Mataram, Kamis.

Ia menjelaskan gerhana bulan total yang bertepatan dengan terjadinya "minimoon", yaitu ketika posisi bulan berada pada titik terjauh dari bumi. Fenomena alam itu biasa disebut "apogee" dengan jarak 406.223 kilometer.

Hal itu menyebabkan bulan pada saat purnama sebelum terjadinya gerhana terlihat lebih kecil dari biasanya.

Bahkan, jika dibandingkan dengan "supermoon" pada 31 Januari 2018, di mana posisi bulan berada pada titik terdekat dengan bumi atau biasa disebut dengan "perigee".

"Keistimewaan gerhana bulan total kali ini adalah waktunya yang relatif lama, mulai kontak awal gerhana mulai sampai dengan berakhir kurang lebih selama 6 jam 17 menit. Berbeda dengan gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 hanya 5 jam 20 menit," ujarnya.

Menurut Agus, fenomena gerhana bulan total bertepatan dengan terjadinya "minimoon" tidak akan menyebabkan terjadinya pasang air laut. Hal itu disebabkan karena jarak bulan dengan bumi berada pada titik terjauhnya.

Berbeda dengan gerhana bulan total bertepatan dengan terjadinya "super blood moon" pada 31 Januari 2018, menyebabkan terjadinya banjir rob atau air laut naik ke daratan di beberapa daerah di Indonesia. Hal itu disebabkan posisi bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi (perigee) sekitar 360.000 kilometer.

"Jadi kemungkinan terjadinya pasang air laut ketika terjadinya gerhana bulan total bertepatan dengan terjadinya `minimoon` akan kecil," ucapnya pula.

Berdasarkan data BMKG, gerhana bulan total bertepatan dengan fenomena "minimoon" pada 28 Juli 2018 dapat dilihat dari wilayah Indonesia, Samudra Pasifik bagian barat, Australia, Asia, Eropa, Afrika, Samudra Hindia, Samudra Atlantik, dan Amerika Selatan.

Pengamat yang berada di wilayah semakin barat maka akan memiliki kesempatan untuk melihat seluruh proses gerhana bulan total. Sedangkan pengamat yang berada di sebelah timur garis U3, yaitu Papua hanya akan dapat mengamati gerhana bulan total dari awal hingga fase total berlangsung.

Adapun pengamat yang berada di antara U3 dan U4, yaitu Maluku, Maluku Utara, Pulau Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) bagian timur akan dapat mengamati gerhana bulan total dari awal gerhana hingga fase gerhana sebagian berakhir.

Untuk pengamat yang berada di antara U4 dan P4, yaitu NTT bagian barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara bagian barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, NTB, Bali, Pulau Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, sebagian besar Jambi dan Riau, serta Bengkulu bagian Selatan, akan dapat mengamati dari awal gerhana hingga fase gerhana penumbra berlangsung.

BMKG juga memperkirakan seluruh fase gerhana akan dapat teramati oleh pengamat yang berada di sebelah barat P4, yaitu Bengkulu bagian utara, Riau bagian barat, sebagian besar Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, serta Aceh.

Pewarta: Awaludin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018