Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa Iran akan menghadapi akibat mengerikan "seperti yang dialami beberapa negara lain" jika Tehran terus melempar ancaman kepada Washington.

Trump menulis kalimat tersebut dalam huruf besar di Twitter-nya, beberapa jam setelah Presiden Iran Hassan Rouhani menyampaikan bahwa kebijakan keras Amerika Serikat terhadap Tehran akan memicu perang besar.

Iran terus menghadapi tekanan dan kemungkinan sanksi tambahan dari Amerika Serikat, sejak Washington keluar dari perjanjian nuklir internasional 2015.

"Jangan pernah mengancam Amerika Serikat, atau Anda akan menghadapi akibat seperti yang diderita beberapa negara lain sepanjang sejarah. Kami bukan lagi negara yang tunduk pada kalimat gila tentang kematian dan kekerasan dari Anda. Berhati-hatilah!" kata Trump dalam pesan kepada Rouhani, seperti dikutip Reuters.

Pada Minggu, Rouhani di depan para diplomat Iran mengatakan, "Tuan Trump, jangan bermain-main dengan ekor singa karena Anda akan menyesal."

"Amerika harus tahu bahwa perdamaian dengan Iran adalah ibu dari segala perdamaian, dan perang melawan Iran adalah ibu segala perang," kata Rouhani sebagaimana dikutip dari kantor berita IRNA.

Rouhani adalah tokoh yang masih membuka pintu perdamaian dengan Washington. Namun Pemimpin Agung Ayatullah Ali Khamenei mengatakan bahwa perundingan dengan Amerika Serikat adalah "kesalahan yang nyata".

Sementara itu, komandan penting Garda Revolusi Iran marah besar atas ancaman Trump dan menyatakan bahwa pihaknya akan terus melawan semua musuh republik Islam, kata kantor berita ISNA.

"Kami tidak akan pernah mengkhianati cita-cita revolusi. Kami akan melawan tekanan musuh. Amerika hanya ingin menghancurkan Iran, namun Trump tidak akan mampu berbuat apa-apa terhadap kami," kata Brigadir Jenderal Gholamhossein Gheybparvar.

Di Gedung Putih, penasihat keamanan nasional John Bolton, yang dulu sempat menyeru negaranya untuk menggelar serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran, mengatakan, "Presiden Trump berkata bahwa jika Iran melakukan tindakan yang negatif, maka mereka akan membayarnya dengan harga seperti yang pernah dibayar beberapa negara lain."

Beberapa saat sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menyebut para pemimpin ulama di Iran sebagai "mafia."

Namun demikian, perang kata-kata ini diperkirakan tidak akan berlanjut ke medan laga mengingat Washington pernah melakukan kesalahan besar saat menginvasi Irak tahun 2003 lalu. Selain itu, Amerika Serikat juga khawatir terhadap dampak ekonomi global perang karena akan menaikkan harga minyak.

Rouhani sempat mengancam akan mengacaukan jalur pengapalan minyak dari negara-negara Timur Tengah, untuk membalas upaya dari Washington yang meminta semua negara untuk berhenti membeli minyak dari Iran.

Washington pada awalnya berencana mengucilkan Iran dari pasar minyak dunia pada November lalu. Namun, sejak itu, Amerika Serikat justru melonggarkan sikapnya, dengan mengaku akan membiarkan beberapa negara, yang bergantung pada pasokan minyak dari Teheran.

(Uu.SYS/A/G005/A/B002) 

Baca juga: Iran sudah siapkan rencana jika AS keluar dari perjanjian nuklir
Baca juga: Iran sesumbar akan produksi atau beli senjata apa saja untuk bertahan
Baca juga: Usik perjanjian nuklir, Donald Trump dikatai saudagar oleh Iran

Pewarta: -
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018