Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus melemah berdampak pada sejumlah industri, termasuk industri teknologi. Hal ini memaksa produsen laptop Asus menaikkan harga produknya.

"Nilai tukar (rupiah) sekarang sangat buruk, jujur kenaikan harga menjadi topik utama yang ditanyakan konsumen. Kami mencoba yang terbaik untuk tidak sekedar menaikkan harga," ujar Jieming Liou, Asus Notebook Business Development Manager Asus Indonesia di Jakarta, Selasa (24/7).

Menurut Jieming industri teknologi menjadi sangat terdampak pada melemahnya rupiah karena memiliki "margin yang sangat kecil."

Jieming mengatakan kenaikan harga pada laptop Asus telah dimulai sejak bulan Juni, menyusul tren pelemahan rupiah sejak Mei lalu.

Meski demikian, Asus tak serta merta menaikkan harga laptop. Jieming mengatakan Asus telah melakukan riset pasar terlebih dahulu sebelum menaikkan harga.

"Kami harus mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan pengguna, juga situasi kompetitor. Bukan hanya itu, kami juga harus memperhatikan reaksi pengguna, dealer dan juga distributor. Kami tidak ingin orang-orang berhenti membeli," kata Jieming.

Oleh karena pertimbangan itu, kenaikan harga, menurut Jieming, hanya terjadi pada model laptop tertentu. Kenaikan harga pun diatur sedemikian rupa agar tetap seimbang.

Sebagai contoh, Jieming menjelaskan bahwa model laptop dengan harga Rp3 juta-an tidak mungkin mengalami kenaikan harga hingga Rp500 ribu. Namun, model laptop dengan kisaran harga Rp5 juta-an, dapat dikenakan kenaikan harga Rp100 ribu hingga Rp150 ribu.

"Kami hanya memilih model yang memiliki dampak paling kecil terhadap pasar," pungkas Jieming.

Baca juga: Asus luncurkan Zenbook 13 dengan dua varian

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018