Jakarta (ANTARA News) - Penyelenggara liga tertinggi sepak bola Korea Selatan (K League) memutuskan untuk menunda permulaan laga-laga mereka akhir pekan ini menjadi dimulai setelah matahari tenggelam, menyusul cuaca ekstrem dengan temperatur tinggi yang telah menewaskan 30 orang di sana.

Temperatur udara di ibu kota Seoul pada Rabu (1/8) mencapai 39,6 derajat celsius, merupakan rekor tertinggi sejak otoritas melakukan pemantauan temperatur pada 1907 silam.

Pihak K League terus mengikuti perkembangan temperatur udara dalam sepekan terakhir dan setelah pembicaraan dengan pihak klub telah sepakat untuk menunda permulaan pertandingan, demikian disampaian humas K League Lee Jong-kwoun sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat.

"Kami tidak memiliki panduan spesifik mengenai temperatur udara, namun dengan berlangsungnya gelombang panas lebih dari sepekan telah diambil keputusan demi kesehatan para pemain serta keamanan dan kenyamanan penonton," kata Lee lewat sambungan telepon.

Putusan penundaan permulaan pertandingan tersebut merupakan kali pertama sepanjang sejarah K League, katanya menambahkan.

Kendati demikian kecil kemungkinan ada pertandingan yang ditunda sepenuhnya dan telah disiapkan penanganan khusus termasuk mengizinkan wasit untuk memberi kesempatan pemain mengambil jeda turun minum di tengah cuaca ekstrem.

Baca juga: Capai 39,5 derajat, suhu di Jerman pecahkan rekor

Baca juga: Cuaca panas tewaskan 80 orang di Jepang

Sebelumnya, awal pekan ini organisasi bisbol Korsel (KBO) tengah mempertimbangkan permintaan para pemain untuk menjadwal ulang sejumlah pertandingan karena cuaca ekstrem, yang sebelumnya direncanakan dimulai pada Agustus.

Otoritas kesehatan Korsel mnyatakan sedikitnya 30 orang tewas dan 2.549 orang membutuhkan perawatan.

Negara tetangga mereka, Jepang, juga dilanda hal serupa, yang sempat menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan atlet ketika ibu kota Tokyo menyelenggarakan Olimpiade musim panas dua tahun mendatang.

Baca juga: Panitia Olimpiade Tokyo cari cara atasi panas

 

Penerjemah: Gilang Galiartha
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2018