Yogyakarta (ANTARA News) - Gempa Indramayu pada Kamis (9/8) dinihari lalu yang tergolong gempa dalam (lebih dari 200 km), dan energinya menyebar secara horisontal sampai ke pantai selatan Pulau Jawa, bisa memicu aktivitas sesar Cimandiri, Lembang dan Baribis. "Terbukti kerusakan terparah akibat gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter itu terjadi di wilayah Sukabumi (Jawa Barat) yang termasuk berada di atas jalur Sesar Cimandiri," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogakarta Tiar Prasetya, Jumat. Akibat gempa tersebut, dilaporkan banyak dinding rumah penduduk di Sukabumi yang retak, bahkan ada dua ruang kelas Sekolah Dasar (SD) ambruk. Sesar (patahan purba) Cimandiri berada di bawah wilayah Sukabumi, Bogor dan Cianjur, sedangkan Sesar Lembang meliputi wilayah Bandung utara dan Subang, kemudian Sesar Baribis melewati wilayah Kuningan, Majalengka dan Ciawi. Ia mengatakan, pada gempa dalam Indramayu itu gelombang energi gempa merambat atau menyebar secara horisontal sepanjang kerak samudera pada Lempeng Indo-Australia yang menghujam di bawah Pulau Jawa. Kata dia, pada gempa Kamis dinihari sekitar pukul 00.03 WIB tersebut terjadi patah mayor dengan kedalaman lebih dari 200 km, sehingga getarannya dirasakan hampir di seluruh daerah di Pulau Jawa, Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara. "Patah mayor terjadi kemungkinan karena Lempeng Indo-Australia yang menghujam ke utara di bawah Pulau Jawa masuk terlalu dalam," katanya. Menurut Tiar, berbeda dengan beberapa kali gempa yang hanya dirasakan di wilayah DIY dan sekitarnya pada Mei, Juni dan Juli 2007, disebabkan oleh patah minor dan merupakan gempa dangkal. Ia mengatakan, tidak bisa dipastikan kapan terjadi lagi gempa dalam seperti gempa Indramayu tersebut, karena lempeng bumi yang satu dengan lainnya selalu bergerak (dinamis). "Jika lempeng itu tidak kuat akan patah, dan semakin dalam lempeng bumi yang patah, getaran gempa akan dirasakan di wilayah yang lebih luas," katanya menambahkan. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007