Jakarta (ANTARA News) - Lebih dari 200 penyair, penulis dan aktivis "memotret" batin isu sosial di 34 Provinsi dalam 34 buku melalui puisi esai di media sosial.

"Kini 34 buku puisi esai itu, satu buku mewakili satu provinsi, bisa diakses, dibaca bahkan diunduh oleh siapapun di Facebook bernama Perpustakaan Puisi Esai," kata Denny JA, penggagas gerakan nasional puisi esai, dalam peluncuran 34 buku puisi esai melalui keterangan persnya di Jakarta, Minggu.

Denny dalam meme media sosial dengan tagline: "Dan Penyair Pun Membuat Sejarah," itu mengatakan peluncuran tersebut bukan sekedar membuat buku puisi, tapi menjadi gerakan budaya dilihat dari banya sisi.

"Dari sisi isi puisi, kita memahami aneka isu sosial dan kearifan lokal di setiap provinsi. Di Aceh misalnya, tergambar suasana batin dinamika individu. Di Papua, ada kisah seorang ayah yang membawa anaknya berobat pada klinik kesehatan terdekat, tapi harus berjalan kaki berhari- hari," katanya.

Selain itu, ada kisah di Yogyakarta mengenai konflik keluarga akibat kemungkinan pewaris tahta kerajaan seorang perempuan. Ada kisah di Jawa Tengah tentang penduduk yang cemas karena tersingkir industri.

Menurut Denny, semua kisah adalah kisah nyata, dengan catatan kaki yang merujuk sumber informasi. Namun aneka kisah itu difiksikan agar lebih menyentuh. Dengan membaca 34 buku ini kita menyadari betapa kayanya kearifan lokal bumi nusantara.

"Jika dulu kita mengenal budaya Indonesia dari aneka buku ilmiah, kita kita bisa masuk ke batinnya melalui puisi esai," ujarnya.

Denny menambahkan dari sisi puisi, semua menuliskan dalam bentuk puisi esai. Sebanyak lebih dari 170 puisi esai dalam 34 buku adalah puisi panjang yang berbabak. Uniknya, ada catatan kaki yang melampirkan fakta dan data menunjang kisah yang difiksikan. Dalam buku puisi esai itu tak hanya mendapatkan drama tapi juga informasi tentang sejarah atau isu sosial.

Dalam pengerjaan 34 buku puisi esai, Denny JA dibantu oleh sepuluh editor nasional, tiga koordinator wilayah, dan tim administrasi yang militan dan cinta berkarya dengan memerlukan waktu kurang lebih satu tahun.

"Di era media sosial, saya mencari cara paling mudah agar seluasnya publik bisa mengakses, membaca bahkan mengunduh 34 buku puisi esai. Cara paling jitu dan ngetrend, 34 buku itu bisa diakses di Facebook Perpustakan Puisi Esai. Data menunjukkan sebanyak 100-150 juta populasi Indonesia punya akun facebook," katanya.

Denny mengungkapkan dua hal yang akan diupayakan ke depan, yaitu pertama tim akan memilih 34 puisi esai yang mewakili 34 provinsi untuk dibuatkan film pendek bekerjasama dengan TV nasional. Puisi esai akan mengawali betapa puisi dapat menjadi basis untuk divisualkan dalam film.

Kedua, karena begitu banyak ruang dalam puisi esai untuk diiisi oleh kisah moral, Denny JA dan komunitasnya berikhtiar membawa puisi esai masuk ke sekolah. "Saatnya karakter siswa ikut juga dibentuk melalui sastra," ujarnya.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018