Kita masih takut kalau kembali ke rumah,
Lombok Barat (ANTARA News) - Warga di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat memadati masjid-masjid untuk mengungsi pascagempa bumi 7 Skala Richter(SR) yang kembali mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu malam.

Dari pantauan Antara di sejumlah masjid, seperti di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center Kota Mataram, Masjid Jempong di Kota Mataram, masjid Desa Labuapi, Masjid Jereneng dan Masjid Darud Dakwah Desa Mesanggok di Kabupaten Lombok Barat dipenuhi ratusan warga yang mengungsi.

Warga yang mengungsi itu terlihat memenuhi halaman masjid. Mulai orang dewasa, lansia, anak-anak hingga bayi. Di halaman masjid mereka tidur hanya beralaskan tikar dan terpal serta selimut agar tidak kedinginan.

Dari penuturan warga, mereka takut kembali ke rumah, karena khawatir terjadi gempa susulan pascagempa bumi berkekuatan 7 SR yang mengguncang Pulau Lombok, NTB. sekitar pukul 18.46 WIB.

"Kita masih takut kalau kembali ke rumah," ujar Ibu Sumarni.

Menurut Sumarni, ia bersama warga lainnya baru akan kembali ke rumah jika benar-benar situasi sudah dalam keadaan aman.

"Untuk sementara kita tidur di masjid dulu. Nanti kalau sudah aman, baru kita kembali ke rumah," ujarnya.

Hal senada juga diutarakan warga lainnya, Inak Yuli. ia bersama keluarga terpaksa mengungsi sementara waktu dari rumahnya. Sebab, ia dan keluarga masih khawatir gempa susulan.

Terlebih lagi, saat gempa terjadi peringatan tsunami sempat menyala. Sehingga, ia dan keluarganya mengungsi dari rumah.

"Kita belum mau kembali ke rumah. Karena masih trauma," katanya.

Sebelumnya, BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami pascagempa bumi 7,0 SR yang mengguncang NTB. Namun peringatan dini tsunami tersebut resmi dicabut atau berakhir pada pukul 20.25 WIB.

Hingga berita ini disiarkan, gempa bumi susulan masih terjadi. Namun kekuatannya tidak seperti yang terjadi pada pukul 19.45 Wita.

Baca juga: Warga Mataram mengungsi pascagempa 7 SR




 

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2018