Jakarta (ANTARA News) - Gempa berkekuatan 7 Skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah Lombok di Nusa Tenggara Barat pada Minggu (5/8) terjadi akibat pergerakan Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust) menurut Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Gempa berkekuatan 7 SR yang terjadi di Lombok diakibatkan oleh adanya aktivitas Sesar Naik FLores yang memanjang dari Nusa Tenggara Timur sampai ke Bali di bagian utaranya, dan itu menyusup di bagian sepanjang pulau di Nusa Tenggara itu, menyusup ke bawahnya dan termasuk menyusup di Pulau Lombok dan itulah yang menyebabkan terjadinya gempa 7 SR itu," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Rahmat Triyono di Kantor BMKG, Jakarta, Senin.

Bidang patahan atau Sesar Naik Belakang Busur Flores, ia menjelaskan, menunjam bagian daratan Lombok sehingga menimbulkan tumbukan yang menghasilkan gempa.

Karena gempa Lombok bersifat dangkal dan ada robekan akibat pergerakan sesar terhadap daratan Lombok sampai ke arah laut maka hasil pemodelan menunjukkan adanya potensi tsunami, ia melanjutkan.

Berdasarkan hal itu, BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini waspada tsunami. Setelah peringatan itu, tsunami kecil terjadi di Desa Carik (13,5 cm), Desa Badas (10 cm), Desa Lembar (9 cm), dan Benoa (2 cm). Peringatan dini tsunami tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada Minggu (5/8).

Status ancaman tsunami tersebut hanya berada di level waspada karena ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter.

Rahmat mengatakan gempa susulan diperkirakan masih terjadi di area Lombok dan daerah sekitar pusat gempa utama yang berkekuatan 7 SR. Hingga Senin pukul 15.00, 170 kali gempa susulan terjadi di Lombok.

Dia menjelaskan kekuatan gempa susulan tersebut cenderung menurun, dan tidak akan melampaui kekuatan 7 SR ke atas.
 
Gambaran Sesar Naik Belakang Busur Flores (Flores Back Arc Thrust) yang menunjam di daratan Lombok. (BMKG)


Pendahuluan dan Susulan

Gempa berkekuatan 7 SR yang mengguncang Lombok pada Minggu (5,8) merupakan gempa tipe II karena telah didahului gempa pendahuluan pada Minggu (29/7) dengan kekuatan mencapai 6,4 SR dan yang terjadi saat ini adalah gempa-gempa susulan setelah gempa utama yang berkekuatan 7 SR.

"Dampaknya ya untuk gempa-gempa susulan karena tidak begitu besar hanya sekitar Lombok saja yang merasakan, kecuali kalau magnitudo agak besar bisa berdampak di pulau sekitarnya," kata Rahmat.

Meski gempa-gempa susulan kemungkinan berkekuatan lebih kecil di banding gempa utama, ia mengimbau warga tetap waspada mengingat banyaknya rumah yang miring, retak atau rusak akibat gempa sebelumnya.

"Bangunan rumah yang posisinya miring sebaiknya tidak perlu ditinggali untuk beberapa hari ke depan sebaiknya tinggal di pengungsian terlebih dahulu," tuturnya.

Ia menambahkan bahwa gempa dapat saja terjadi kapan pun tanpa bisa diprediksi, tergantung pada pergerakan bidang patahan atau lempeng tektonik disertai tumbukan yang terjadi seperti antara bidang patahan dengan daratan.  

"Lempeng tektonik itu labil dan bergerak terus," ujarnya.

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018