Jakarta (ANTARA News) - Manusia pigmi atau manusia berperawakan pendek modern Flores yang tinggal di Dusun Rampassasa ternyata tidak memiliki keterkaitan dengan manusia kerdil purba Homo floresiensis menurut peneliti senior Lembaga Eijkman Prof. Herawati Sudoyo di Jakarta, Senin.

"Secara genetik, populasi Rampasasa tidak berbeda dengan populasi manusia Indonesia lainnya," kata Herawati, yang bersama delapan peneliti lainnya dari 11 institusi telah melakukan perunutan DNA dan menganalisa genom populasi pigmi di dusun Rampasasa.

Para peneliti memeriksa DNA dari 32 orang yang tinggal di Dusun Rampasasa, bagian dari Desa Wai Wulu, Kecamatan Wai Rii, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Dusun tempat mereka tinggal letaknya sangat berdekatan dengan gua Liang Bua, tempat fosil rangka manusia purba Homo floresiensis ditemukan pada 2004.

Manusia pigmi modern memiliki tinggi rata-rata 148 cm sementara manusia Homo Floresiensis memiliki tinggi rata-rata 106 cm.

Meski berperawakan sama pendek, keduanya tidak memiliki hubungan.

Manusia pigmi modern memiliki DNA dari fosil manusia purba lainnya yaitu Neanderthal dan Denisovans, mirip dengan populasi lain di Asia Tenggara dan Melanesia. Perawakan pendek manusia pigmi modern merupakan hasil seleksi alam yang berpengaruh pada variasi generasi sebelumnya.

Baca juga: Fosil manusia purba ditemukan di Cekungan Soa, Flores
Baca juga: Manusia kerdil Flores menghilang lebih awal dari perkiraan

 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018