Jakarta (ANTARA News) - Kepala Polisi Resort (Kapolres) Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Indra Jafar menyatakan situasi di rumah milik mantan pengacara Habib Rizieq Shihab, Kapitra Ampera diyakini aman setelah ada insiden pelemparan molotov di rumahnya.

"Petugas telah menyisir di sekitar rumah (milik Kapitra Ampera), dan sementara ini aman," kata Kombes Pol Indra saat ditemui di lokasi pelemparan bom, Jakarta Selatan, Senin.

Dalam kesempatan itu, Indra menyampaikan pihak kepolisian telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk aksi teror pelemparan bom ke garasi rumah milik Kapitra Ampera.

"Ya, kira-kira kurang lebih pada pukul 19.00 WIB ada pelemparan molotov ke kediaman Bapak Doktor Kapitra Ampera, dan beliau langsung melaporkan pada kami, Polsek maupun Polres," terang Indra.

Baca juga: Rumah Kapitra dimolotov

Pihak penyidik sejauh ini sudah mengamankan dua bom molotov yang dibuat dengan mengisi bensin di dalam botol minuman berenergi.

"Kita saat ini masih mendalami saksi-saksi, dan memeriksa semua alat bukti yang ada untuk mengungkap pelakunya," tambahnya.

Kapolres Metro Jakarta Selatan itu menjelaskan, sebelum melakukan aksinya, pelaku terlihat telah melakukan penyisiran di depan TKP.

"Ini (jalanan depan rumah Kapitra) memang jalur umum. Ada beberapa motor yang mampir melihat-lihat. Ada yang pergi, lalu kembali melihat lagi, dan dua motor itu pergi lalu balik, dan langsung melakukan eksekusi (pelemparan bom molotov," jelas Indra.

Saat ini, ia menambahkan, Kapitra Ampera cukup kooperatif untuk membantu pihak kepolisian.

Baca juga: Keluarga Kapitra Ampera dimintai keterangan teror molotov

"Beliau (Kapitra) sudah menunjukkan pesan-pesan WA (Whatsapp) (bernada ancaman) yang ia terima," kata Indra.

Akan tetapi, pihak kepolisian belum dapat menyimpulkan keterkaitan ancaman dari pesan singkat itu dengan insiden pelemparan bom molotov.

"Saat ini kita sudah bekerja sama dengan puslabfor (pusat laboratorium forensik) untuk mengolah dan menganalisis barang bukti," tambahnya.

Sebelumnya, Kapitra menduga, serangan itu terjadi sejak ia memutuskan bergabung menjadi kader PDIP.

Baca juga: Kapitra mengaku sudah diintai sejak gabung PDIP

"Ya (setelah bergabung ke PDIP), ada orang yang mondar-mandir. Ada juga orang bertato yang datang ke masjid, menanyakan diri saya dari orang lain," kata Kapitra menerangkan jenis ancaman yang ia terima saat menjadi anggota partai.

Dalam satu minggu terakhir, ia mengaku banyak orang tidak dikenal yang bertanya mengenai dirinya ke orang-orang di masjid.

"Pasti ada kaitan-kaitan (serangan bom) dengan pilihan politik. Saya masuk PDIP karena ingin menyampaikan kebenaran. Tampaknya, ada satu statement (pernyataan) saya kemarin yang buat orang berang," terang Kapitra.

Pernyataan yang dimaksud, ia mengatakan bahwa tuduhan PDIP itu PKI merupakan informasi sesat dan haram.

"Saya katakan, yang bilang PDIP itu PKI, (ucapan itu) haram dan menyesatkan, karena saya melihat langsung seluruh acara partai ditutup doa secara Islam. Mbak Puan (Maharani) juga selalu secara spontan menyebut Insya Allah, dan yang lainnya, begitupun dengan Ibu Mega. Tidak ada indikasi ciri-ciri PKI. Jadi, yang saya katakan memang benar kebenaran yang saya lihat," jelas Kapitra saat ditemui di halaman rumahnya, Senin.

Baca juga: Kapitra tegaskan tidak takut terkait insiden molotov

Sekitar empat orang tidak dikenal dengan menggunakan helm dan masker melempar dua bom molotov ke rumah Kapitra Ampera di Jalan Tebet Timur Dalam 8, Jakarta Selatan sekitar pukul 19.20 WIB.

Baca juga: Kapitra: satu molotov "meledak" gagal bakar rumah

Menurut kesaksian istri dan asisten rumah tangga Kapitra, satu bom pecah dan gagal meledak, sementara sisanya juga gagal membakar isi garasi.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2018