Reformasi birokrasi memang tidak mudah. Reformasi juga berarti mendidik orang-orangnya
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) siap menjadi agen perubahan pengentasan kemiskinan dengan menguatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di desa.

"Kami mengalokasikan cukup banyak anggaran untuk peningkatan kapasitas dan pengembangan SDM di kementerian kita ini. Sehingga kementerian ini bisa menjadi agen perubahan atau fasilitator untuk mengentaskan kemiskinan, pengurangan desa-desa tertinggal serta meningkatkan desa berkembang di Indonesia," kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo dalam siaran pers yang diterima Antara, di Jakarta, Rabu.

Menteri Eko menambahkan, sebagai kementerian strategis yang bertugas untuk percepatan pembangunan desa, penting bagi para pegawai untuk memiliki kapasitas kepemimpinan yang baik. Kapasitas tersebut, lanjutnya, akan membantu para pengambil keputusan mengambil kebijakan yang tepat sasaran. Mendes juga mengapresiasi komitmen para pegawai yang menunjukkan perubahan dalam tiga tahun ini.

"Perubahan tidak akan berhenti karena tuntutan itu selalu bertambah. Tingkatkan terus kapasitas supaya tidak tertinggal. Perubahan itu tentunya perlu jiwa kepemimpinan di semua level. Kepemimpinan perlu pengetahuan. Pimpinan harus terus dilatih dan diisi supaya tidak tertinggal dan rendahkan hati untuk terus belajar. Akan ada sekolah di Tanri Abeng University (TAU) supaya tindaklanjut kinerja lebih cepat," sambung dia.

Sementara itu, pakar manajemen yang juga merupakan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Presiden Soeharto, Tanri Abeng menegaskan pentingnya memahami konsep-konsep kepemimpinan dalam upaya percepatan reformasi birokrasi. Menurutnya, reformasi tidak akan jalan jika tidak memenuhi tiga hal, yaitu strukturnya harus benar, metode perubahan yang benar, serta pemimpinnya benar.

"Reformasi birokrasi memang tidak mudah. Reformasi juga berarti mendidik orang-orangnya. Kalau orang-orangnya tidak termotivasi, pola pikirnya tidak akan berubah. Ini kembali kepada komitmen seorang pemimpin," terang Tanri.

Tanri melanjutkan bahwa pemimpin yang ingin melakukan reformasi itu tanpa kepentingan pribadi untuk organisasi dan untuk apa yang bisa ia tinggalkan di dalam organisasi itu.

"Pak Eko banyak pengalaman di "entreupreneurial society". Beliau sangat mampu melakukan reformasi ini. Dan saya senang bahwa anggotanya diberikan kesempatan untuk belajar lagi. Tidak banyak pemimpin yang memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk bisa belajar lagi. Kan biasanya orang birokrat itu pinter-pinter, jadi gak perlu belajar lagi," selorohnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Sekretaris Jenderal Kemendes PDTT, Anwar Sanusi mengatakan, adanya Ministerial Lecture menjadi media belajar dan tukar pikiran bagi para pegawai di lingkungan Kemendes PDTT untuk mentransformasi situasi krisis menjadi suatu peluang. Anwar berharap, forum ini mampu memberikan kreativitas yang meningkatkan kinerja.

"Tindaklanjutnya, kita akan bekerja sama antara Tanri Abeng University (TAU) untuk peningkatan kapasitas internal agar para pegawai memiliki kompetensi seperti pegawai swasta atau wirausahawan. Kita akan membangun kembali pola kompetensi yang ada di kementerian ini," pungkas Anwar.
 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018