Rumah-rumah warga yang sebelumnya nampak masih kuat berdiri, pada akhirnya roboh rata dengan atap bangunan akibat guncangan gempa 6,2 SR.
Lombok Utara  (ANTARA News) - Tembok bangunan tua peninggalan Zaman Belanda, yang ada di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, dikabarkan roboh akibat gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter pada Kamis siang, pukul 13.24 Wita.

Kabar robohnya tembok bangunan tua yang berada di simpang lima Ampenan itu diketahui dari rekaman video berdurasi 24 detik kiriman salah seorang warga di lokasi pascagempa 6,2 SR terjadi.

Dalam rekaman videonya terlihat tembok, genteng dan sebagian atap dari bangunan tua yang berada di sebelah Timur simpang lima Ampenan, roboh hingga berserakan di ruas jalan di depannya.?

Deretan barang dagangan kaki lima yang ada di sebelah utara bangunan, juga ikut tertimpa reruntuhan.

 "Itu di simpang lima Ampenan," kata Vidya, melalui pesan singkat media sosial "whatsapps" kepada wartawan di Tanjung, Kamis.

Tidak hanya di Ampenan, dari rekaman video lainnya, Vidya juga mengirimkan situasi dan kondisi di wilayah Cakranegara, Kota Mataram. Dalam videonya berdurasi 15 detik terlihat kepanikan warga di tengah debu reruntuhan yang ada di ruas jalan komplek pertokoan wilayah Cakranegara.

Dalam rekaman videonya terlihat warga yang terkena reruntuhan tembok bangunan. Tidak sedikit kendaraan yang ada di ruas jalan juga berhenti membantu mengevakuasi warga yang terkena reruntuhan.

Baca juga: lombok kembali alami gempa susulan
Baca juga: 230 kali gempa susulan guncang Lombok


Sedangkan dari pantauan Antara di Kabupaten Lombok Utara, banyak juga sejumlah tembok bangunan yang roboh. Rumah-rumah warga yang sebelumnya nampak masih kuat berdiri, pada akhirnya roboh rata dengan atap bangunan akibat guncangan gempa 6,2 SR.

"Itu roboh tadi pas gempa," tunjuk salah seorang petugas Babinsa TNI ke arah rumah yang ada di samping lokasi upaya evakuasi korban gempa 7 SR di Teluk Dalam, Desa Medana, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018