"Kami akan terus kawal hasil rekomendasi ijtima ulama sampai detik terakhir agar hasil ijtima ulama itu diterima oleh koalisi yang kami bangun," kata Sekjen PKS Mustafa Kamal di Kantor DPP PKS, Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan.
Ia mengaku partainya juga telah mengomunikasikan dengan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama dan berkonsultasi dengan tokoh-tokoh habib lainnya hingga Kamis sore terkait dengan masalah ini.
Mustafa menegaskan bahwa pihaknya sudah maksimal memperjuangkan hasil ijtima ulama. Namun, waktu sudah hampir habis maka harus segera diambil keputusan.
Sebelumnya, Presiden PKS Sohibul Iman menegaskan bahwa partainya tetap berpegang teguh pada hasil ijtima ulama yang merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai capres dan Salim Segaf Al Jufri dan Ustaz Abdul Somad (UAS) sebagai cawapres.
"Yang menjadi pegangan kami adalah keputusan Majelis Syuro sebelumnya dan rekomendasi ijtima ulama," kata Sohibul Iman saat jumpa pers usai menggelar Musyawarah Istimewa Majelis Syuro PKS di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan, Selasa malam.
Hasil musyawarah Majelis Syuro sebelumnya memutuskan ada sembilan nama kader PKS yang siap maju sebagai capres dan cawapres pada Pilpres 2019, di antaranya mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, mantan Presiden PKS Anis Matta, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, dan mantan Menkominfo Tifatul Sembiring.
"Keputusan Majelis Syuro sebelumnya dan keputusan ijtima ulama itu menjadi pegangan kami. Ini berarti bahwa keputusan sembilan nama (cawapres PKS) itu tidak mati, dia tetap hidup, tetapi kami juga tidak tahu perkembangan berikutnya," katanya.
Hasil musyawarah majelis syuro juga menegaskan bahwa Salim Segaf yang merupakan Ketua Majelis Syuro PKS itu tidak akan mundur dari posisi cawapres PKS.
"Karena ini keputusan institusi, tidak ada tempatnya Salim Segaf mundur karena dia sudah mendapat mandat," tegas Sohibul.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018