Jakarta (ANTARA News) - Puing-puing rumah atau bangunan yang roboh di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih berserakan dan banyak yang belum dibersihkan oleh pemerintah setempat, padahal saat ini sudah memasuki hari keenam pasca gempa berkekuatan 7 Skala Richter (SR).

Dari pantauan Antara, sepanjang jalan dari Kota Mataram ke arah Lombok Utara yang melewati Kecamatnan Senggigi, Tanjung, Bayan sampai Kayangan, terlihat di kiri kanan jalan bangunan roboh di kawasan permukiman warga.

Bahkan di salah satu rumah toko (ruko) kawasan Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara tercium dengan kuat bau bangkai. Namun belum juga ada upaya pembersihan dari petugas.

Demikian juga alat berat tidak tampak, yang terlihat hanya truk bantuan makanan bagi pengungsi.

Di sepanjang ruas Kota Mataram sampai Kecamatan Bayan, Lombok Utara, sesekali terlihat tenda-tenda darurat milik warga yang belum berani tinggal di rumahnya setelah terjadi gempa susulan berkekuatan 6,2 SR pada Kamis (9/8).

Sementara itu, sejumlah warga yang tinggal di perbukitan Lombok Utara, Nusa Tenggara, terpaksa harus mencari air ke mata air yang berjarak sekitar 10 kilometer setelah aliran sungai di wilayahnya tertimbun longsoran tanah.

Warga dengan membawa jerigen dan naik truk, ke mata air Mumbul Sari yang tepat berada di pinggir jalan yang menghubungkan dua kecamatan di Lombok Utara, Keyangan dan Bayan.

Bahkan ada satu dusun yang sengaja meminjam tangki air ukuran 5.100 liter dari salah seorang warga, sedangkan air untuk memasak ditampung di jerigen. Mereka pun yang terdiri dari anak muda dan anak-anak sengaja mandi terlebih dahulu sebelum kembali ke rumahnya yang berada di atas bukit.

Biasanya dalam satu hari sejak gempa 7 SR, kami dua kali turun ke bawah. Kami memanfaatkan untuk mandi dan mengambil air untuk minum di tempat yang terpisah, kata Sahari, warga Dusun Dompo Indah.

Baca juga: Gempa susulan rusak kantor wali kota
Baca juga: Warga Lombok Utara shalat Jumat di pengungsian

 

Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018