Himbara sudah melakukan simulasi dan uji ketahanan (stress test) untuk melihat rentang kurs yang aman bagi kinerja perbankan
Jakarta (ANTARA News) - Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) mengaku tidak mengkhawatirkan kemampuan bayar debitur khususnya importir menyusul pelemahan kurs rupiah pada Senin, yang menyentuh batas psikologis baru yakni Rp14.600 per dolar AS.

Sekretaris Himbara Budi Satria di Jakarta, Senin, mengatakan sejak awal 2018 para bankir sudah meramalkan berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Sejak saat itu pula, bankir memitgasi risiko dengan membatasi penyaluran pinjaman berdenominasi valas.

Di samping itu, Budi mengklaim, kepatuhan debitur melakukan lindung nilai (hedging) utang valasnya sudah meningkat, sehingga risiko pembengkakan pengeluaran debitur karena selisih kurs bisa dikurangi.

"Bank Himbara konservatif dalam pinjaman valas. Masing-masing bank juga mengelola risiko profilnya dengan baik," ujar Budi.

Himbara sudah melakukan simulasi dan uji ketahanan (stress test) untuk melihat rentang kurs yang aman bagi kinerja perbankan.

Namun, Budi enggan mengungkapkan rentang kurs itu, hanya saja kurs saat ini yang sebesar Rp14.600 per dolar AS, masih dalam rentang yang aman.

"Masih dapat kami kendalikan," ujar Budi, yang juga Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN).

Himbara terdiri dari empat bank besar di Indonesia yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk , PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan BTN.

Pada Senin ini, nilai tukar rupiah melemah hingga 157 poin menjadi Rp14.643 dibanding posisi sebelumnya Rp14.486 per dolar AS pada pembukaan perdagangan.

Baca juga: Rupiah tembus Rp14.610 imbas krisis Turki

Bank Indonesia menyebut tekanan terhadap rupiah Senin ini karena rentetan aksi investor yang mewaspadai efek berlanjutnya tekanan perekonomian Turki ke pasar keuangan global.

Pasar keuangan global sedang bergejolak karena kekhawatiran merambatnya imbas negatif dari gejolak sistem keuangan di Turki.

Mata uang lira telah anjlok sedemkian parah dan Senin ini berada di posisi 7,24 lira per dolar Amerika Serikat (AS).

Angka itu menunjukkan Lira Turki telah melemah melebihi 40 persen sepanjang 2018.

Gejolak sistem keuangan di Turki berawal dari intervensi yang terlalu kuat dari Presiden Turki Erdogan untuk menurunkan suku bunga acuan, dan memburuknya hubungannya Turki dengan Amerika Serikat.

Di kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI Senin ini, satu dolar AS setara dengan Rp14.583 per dolar AS atau menunjukkan depresiasi rupiah sebesar 146 poin dibanding Jumat (10/8 ) yang sebesar Rp14.437 per dolar AS.

Baca juga: BI klaim bisa kendalikan pelemahan rupiah
Baca juga: Sri Mulyani jelaskan kondisi Indonesia berbeda dengan Turki
Baca juga: Ini jurus BI redam gejolak rupiah


 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018