Indonesia pasti merdeka, sebelum jagung berbunga. Bukan sebelum jagung berbuah, tetapi sebelum jagung berbunga Indonesia akan merdeka
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 70 koleksi cetakan pers selama masa pendudukan Jepang dan artefak Proklamasi dari Perpustakaan Nasional RI, Arsip Nasional RI, Antara Foto, dan perusahaan rekaman legendaris Lokananta dipamerkan di gedung Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA), Jakarta, Selasa .

Pameran sejarah bertema "Jagung Berbunga di antara Bedil dan Sakura"  tersebut diselenggarakan untuk memperingati HUT RI ke-73 dan 110 Tahun Kebangkitan Nasional yang bersamaan dengan Peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang.

Kurator Galeri Foto Jurnalistik Antara Oscar Motuloh mengatakan lewat pameran ini, pengunjung bisa menyimak poster propaganda sekaligus mengamati sampul muka majalah dan beragam produk propaganda lainnya.

Salah satu koleksi yang ditampilkan adalah lukisan dan sketsa seniman Jepang Ono Saseo yang disandingkan dengan foto (sumber asli) mengenai gambaran sosial di Jawa.

"Saseo adalah perupa Jepang yang direkrut tentara 16 Angkatan Darat balatentara Jepang untuk bergabung dengan unit propaganda selama masa pendudukan 1942-1945," kata Oscar.

Oscar juga menjelaskan tentang arti penting sebuah koleksi pameran berupa halaman utama Koran Tjahaja yang pada headline-nya tertulis `Indonesia Pasti Merdeka, Sebeloem Djagoeng Berboenga`.

Ada kutipan Bung Karno di teras berita harian pimpinan Otto Iskandardinata itu, "Indonesia pasti merdeka, sebelum jagung berbunga. Bukan sebelum jagung berbuah, tetapi sebelum jagung berbunga Indonesia akan merdeka."

"Ini merupakan inspirasi awal untuk menggelar acara ini," kata Oscar.

Semangat pameran ini adalah mendeskripsikan perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai warisan teragung para pendiri bangsa untuk terus dirawat dan dijaga.

Dalam acara ini diterbitkan juga buku 73 Tahun RI berjudul "Jagung Berbunga di Antara Bedil dan Sakura" yang merupakan sorotan utama dari fragmen sejarah hubungan Indonesia-Jepang periode 1942-1945 dan telah diluncurkan di Perpustakaan Nasional RI, 2 Agustus 2018.

Buku itu antara lain terdiri dari 49 buah foto,33 lukisan dan gambar ilustrasi, 19 poster, 3 kartu pos, 1 buah logo, 46 cover dan artikel dari majalah Pandji Poestaka, Djawa Baroe, Indonesia Merdeka dan Pradjoerit.

Baca juga: Pameran foto Infiniti tampilkan 176 karya di GFJA
Baca juga: Puluhan foto perjalanan budaya Sentarum dipamerkan


Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid mengatakan, pameran digelar untuk menguatkan hubungan dari hati ke hati antara Indonesia dan Jepang yang telah terjalin sejak lama, terutama dalam aspek budaya.

"Dengan terselenggaranya kegiatan ini diharapkan dapat membuka peluang kerjasama dalam bidang budaya antara kedua negara yang lebih kuat, luas dan dinamis di masa akan datang," kata Hilmar.

Pameran yang terselenggara atas dukungan kemitraan Sinarmas dan Akrindo ini berlangsung hingga 14 September 2018 dan terbuka untuk umum.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018