Kalau dulu kita tukang impor atau beli, maka sekarang kita melepas dan menghasilkan
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian menyatakan sejak awal 2018 telah menutup impor benih jagung, karena kebutuhan nasional sudah mampu dicukupi dari produksi dalam negeri.

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto di Jakarta, Jumat mengatakan, Indonesia saat ini sudah berswasembada atau mampu memenuhi kebutuhan benih jagung hibrida berkualitas dari dalam negeri sendiri dan bahkan mampu melakukan ekspor.

"Itu sebabnya awal tahun ini kami menutup importasi benih jagung hibrida," katanya.

Menurut dia, kebijakan pemerintah untuk menutup impor benih jagung tersebut ternyata mendapat tanggapan positif dari produsen benih dalam negeri karena mereka mampu meningkatkan produksinya.

Menyinggung sampai kapan kebijakan menutup impor benih jagung tersebut, Gatot menegaskan, hingga waktu yang tidak ditentukan, karena pemerintah ingin memberi kesempatan produsen benih dalam negeri berkembang dan meningkat lebih besar.

Pada Kamis (16/8), Dirjen Tanaman Pangan melakukan pelepasan ekspor benih jagung hibrida ke Srilangka di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, JawaTimur yang dihadiri Bupati Kediri Haryanti Sutrisno, Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya M. Musyaffak Fauzi dan para petani jagung dari Kediri, Jombang, Trenggalek, dan Blitar.

Ekspor benih jagung hibrida varietas Bisi-222 sebanyak 20 ton ke Srilangka tersebut, menurut Gatot, selain membuktikan Indonesia mampu berswasebada benih jagung, juga akan menghasilkan devisa bagi negara.

"Kalau dulu kita tukang impor atau beli, maka sekarang kita melepas dan menghasilkan. Hal ini, demi kedaulatan, yang lebih penting lagi adalah Indonesia membuktikan menjadi negara yang memiliki kemandirian," tegasnya.

Sementera itu, Direktur Utama PT Bisi International Tbk Jemmy Eka Putra menyampaikan pada 2018  ekspor benih jagung hibrida ditargetkan bisa mencapai 500 ton atau senilai 1,5 juta dolar AS ke Srilanka dan Pakistan.

Sedangkan, pada 2019, diharapkan bisa meningkat menjadi 1.000 ton senilai tiga juta dolar AS.

Manager Pemasaran Wilayah Barat Bisi Hari Prabowo mengatakan produksi benih jagung hibrida Bisi menguasai 49 persen kebutuhan nasional.

Dia menyebutkan kapasitas produksi benih jagung sekitar 70 ribu -80 ribu ton/tahun. Produksi ini sebagian besar memenuhi kebutuhan benih jagung pada upaya khusus (upsus). Sisanya, masuk pasar bebas.

Hari menyebutkan sejak awal berdiri sampai saat ini, Bisi sebagai perusahaan berbasis sains (science-based company) selalu mengedepankan proses riset dalam menghasilkan produk benih yang dirilis.

Setelah melalui proses riset di fasilitas R&D, benih akan diuji multi lokasi diseluruh wilayah pertanian utama di Indonesia.Setelah itu diproduksi dengan sistem kemitraan bersama petani Indonesia.

Dari proses yang panjang ini, benih yang dihasilkan memiliki keunggulan seperti produktivitas tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta mudah beradaptasi dengan lingkungan.

Produksi benih jagung hibrida Bisi sebagian besar berhasil menjadi market leader di Indonesia seperti BISI-18, BISI-2, BISI-816, BISI-228. Saat ini varietas unggulan BISI-222, berhasil menembus pasar ekspor.

Indonesia menjadi salah satu dari tiga negara, selain Thailand dan Australia, yang boleh melakukan ekspor benih jagung langsung ke Srilanka.

"Ekspor benih jagung hibrida semakin terasa spesial, karena menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia telah berhasil menjadi negara yang berswasembada benih jagung hibrida dan sekaligus mampu melakukan ekspor," kata Hari.

Baca juga: DJN: Indonesia tak perlu impor benih jagung
Baca juga: CIPS: Distribusi benih jagung upsus perlu dievaluasi
 

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018