Jakarta (ANTARA News) - Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk digelar dalam rangka memeriahkan peringatan setengah abad Yayasan Harapan Kita (YHK) di Candi Bentar atau Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Sabtu malam.

Pagelaran wayang kulit memainkan lakon Mbangun Taman Maerokoco dengan dalang Ki Sukron Suwondo sebagai acara pembukaannya peringatan 50 tahun YHK.

Dalam memeriahkan setengah abad yayasan yang didirikan Ibu Siti Hartinah Soeharto pada 23 Agustus tersebut, digelar empat rangkaian acara istimewa yang akan diselenggarakan pada 18-23 Agustus 2018, dengan mengambil tema Melanjutkan Membangun Harapan Untuk Indonesia.

Siti Hardiyanti Rukmana yang akrab disapa Mbak Tutut mengatakan Yayasan Harapan Kita telah genap setengah abad berdiri dan berkiprah bagi masyarakat luas.

Lebih lanjut ia mengatakan melalui YHK yang didirikan pada 23 Agustus 1968, Ibu Tien Soeharto membuat sederetan mahakarya yang sangat diperlukan dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat Indonesia hingga kini.

Satu maha karya monumental dari Ibu Tien Soeharto melalui YHK, yaitu Taman Mini Indonesia Indah yang menjadi taman wisata paling modern di Asia Tenggara saat itu, terbangun dengan sangat megah pada 20 Mei 1975, hanya selang tujuh tahun setelah pendirian YHK.

"Taman mini merupakan rekreasi yang dibangun sangat bagus, namun harga tiket masuknya termurah jika dibandingkan dengan taman rekreasi di berbagai belahan dunia lainnya. Sehingga sampai mendapat penghargaan," ujar Mbak Tutut.

Pada 1979, YHK juga mendirikan Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Harapan Kita. Kemudian, Ibu Tien Soeharto dan teman-temannya di YHK juga mendirikan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada 1985.

"Rumah Sakit Harapan Kita dibuat untuk menangani penyakit khusus dengan fasilitas dan sarananya setara dengan berbagai sarana medis di luar negeri," jelas Mbak Tutut.

Pada kenyataannya, menurut Mbak Tutut, sebelum dibangun Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, banyak sekali pasien Indonesia yang malah pergi ke luar negeri untuk berobat dan melakukan penyembuhan di luar negeri.

Alasannya, sarana medis di Indonesia tidak memadai. Padahal, tenaga dokter di Indonesia cukup banyak jumlahnya.

"Maka, ibu saya membangun berbagai sarana rumah sakit khusus tersebut karena keinginan ibu untuk membela kesehatan rakyatnya. Bagi yang ekonominya tidak mampu, meskipun mengalami gangguan jantung, tetap harus diselamatkan dengan mekanisme subsidi silang," jelas Mbak Tutut.

Selain berkiprah di masyarakat melalui pembangunan Rumah Sakit, Ibu Tien Soeharto melalui YHK juga membangun Perpustakaan Nasional pada 1989, membuat taman Anggrek, dan sebagainya.

Kiprah YHK dalam kegiatan sosial lainnya, antara lain pembagian sembako, menyantuni anak-anak cacat dan yatim piatu, membantu memenuhi keperluan korban bencana alam, dan masih banyak lagi. Kegiatan sosial yang terbesar, antara lain penanganan korban meletusnya Gunung Galunggung di Tasikmalaya.

Baca juga: TMII jadi Wahana Perdamaian Dunia

Baca juga: Wayang kulit untuk pertama kalinya tampil membius warga Rusia


 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018