Jakarta (ANTARA News) - Nama Mongolia mungkin tak banyak terdengar di kancah bola basket baik tingkat Asia apalagi dunia. Catatan terakhir yang bisa ditelusuri adalah penampilan mereka di Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, kala mereka terhenti di perempat final.

Kendati demikian, hal itu tak menggentarkan mereka untuk mematok target ambisius saat berlaga di Asian Games 2018, yakni semifinalis.

Hal itu disampaikan Asisten Pelatih tim nasional basket putri Mongolia, Zorigy Tsolmon, saat ditemui di Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (19/8).

"Target kami di Asian Games ini mencapai semi final. Tempat keempat," kata Tsolmon.

Meski demikian, Tsolmon mengakui bahwa target itu tak semudah itu dicapai, mengingat basket putri diikuti sejumlah negara kuat seperti China, Korea (yang untuk edisi kali ini menggabungkan tim Korea Selatan dan Korea Utara) serta Jepang, tiga negara yang sejauh ini selalu merajai raihan medali emas basket putri Asian Games sepanjang masa. Jepang dan Korsel dua kali, sementara China lima kali.

Di antara tiga negara kuat itu, Mongolia baru bertemu dengan Jepang di Asian Games 2018, lantaran sama-sama tergabung di Grup Y. Hasilnya, Mongolia takluk 35-107 di tangan Jepang, pada laga yang berlangsung Minggu (19/8).

Mongolia akan menghadapi tim kuat lainnya, China, dalam laga berikutnya pada Senin (20/8). Tantangan berat bagi Mongolia untuk mencapai target ambisius mereka.

Baca juga: Adu jitu tripoin, Mongolia atasi Hong Kong 83-79

Tsolmon, mengaku timnya akan bersikap lebih realistis kala menghadapi China dan bertekad mendapatkan hasil optimal melawan Thailand pada Kamis (23/8) yang diharapkan mampu melontarkan mereka lolos ke perempat final.

Mongolia hingga saat ini masih menempati peringkat ketiga klasemen sementara berbekal satu kemenangan dan satu kekalahan. Kemenangan mereka peroleh saat meladeni Hong Kong di laga pertama, dengan skor 83-79.

Kemenangan atas Hong Kong tersebut serupa penuntasan dendam kekalahan yang mereka alami di fase kualifikasi Asian Games 2014 64-68. Kala itu, Tsolmon, yang kini menjabat sebagai salah satu asisten pelatih mendampingi Bayartsogt Odonbaatar, masih mengenakan seragam dan melantai sebagai salah satu penggawa Mongolia.

Apapun yang terjadi, Mongolia besar kemungkinan akan tetap melaju ke perempat final, mengingat empat tim di tiap grup akan melaju, namun hal itu tak serta merta memudahkan langkah mereka mencapai target menjejaki semi final.


Tak sepopuler gulat

Tsolmon menuturkan dalam beberapa tahun terakhir, bola basket menjadi salah satu olahraga yang populer di negaranya, khususnya untuk sektor putri. Namun, popularitas basket di sana belum setara dengan gulat, olahraga terpopuler sekaligus paling banyak menyumbangkan prestasi bagi Mongolia baik di kancah Asian Games maupun Olimpiade.

Di Olimpiade misalnya, meski belum pernah meraih medali emas namun gulat merupakan penyumbang medali terbanyak yakni sembilan buah, terdiri dari empat perak dan lima perunggu.

Sedangkan di Asian Games, Mongolia mengoleksi 53 medali dari gulat, berupa 10 emas, 17 perak dan 26 perunggu.

Baca juga: Dibekuk Jepang, Mongolia tak kapok andalkan tripoin

Menurut Tsolmon, popularitas bola basket putri di negerinya terus berkembang dan sempat memiliki liga khusus putri yang diikuti enam tim. Sayangnya dalam dua tahun terakhir, liga itu tak lagi berlangsung.

"Kami akhirnya menyeleksi pemain dari kejuaraan nasional, bukan liga," kata Tsolmon terkait seleksi roster timnas basket putri Mongolia untuk Asian Games 2018.

Tak kurang dari tiga bulan lamanya Mongolia menyiapkan tim basket putri untuk berlaga di Asian Games 2018. Apakah tiga bulan masa persiapan cukup untuk menjadi bekal Mongolia melunasi ambisinya mencapai semi final? Biar waktu yang menjawab.

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018