"Kendala dari investasi perikanan biasanya adalah listrik"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperluas potensi komoditas budidaya udang Vaname berkelanjutan di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, yang saat ini baru dimanfaatkan 13,24 persen dari seluruh potensi lahan di daerah tersebut.

Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan Ditjen Perikanan Budidaya KKP Arik Hari Wibowo dalam diskusi yang digelar di Jakarta, Senin, mengatakan, program pengembangan kawasan budidaya udang berkelanjutan di Pasangkayu sudah ditetapkan di Desa Sarjo.

Program pengembangan kawasan budidaya udang berkelanjutan tersebut telah disiapkan sejak beberapa tahun lalu, antara lain melalui penentuan lokasi dan sosialisasi kepada masyarakat, serta saat ini program kawasan budidaya udang berkelanjutan itu telah operasional.

"Mudah-mudahan kawasan percontohan ini bisa diekspos dan diserap oleh kabupaten-kabupaten lain yang punya potensi sehingga budidaya udang vaname bisa berkelanjutan dan menyejahterakan masyarakat," ucap Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan KKP.

Arik mengemukakan bahwa Indonesia sangat potensial sekali untuk pengembangan perikanan budidaya, di mana di Pasangkayu yang memiliki garis pantai sepanjang 151 kilometer, terdapat potensi lahan tambak sekitar 13,6 ribu hektare, tetapi pemanfaatan lahannya sekitar 1.833 hektare.

Menurut dia, masih banyak budidaya tambak ikan dan udang yang secara keseluruhan belum berkelanjutan sehingga kerap menimbulkan permasalahan penyakit sehingga budidaya kerap mengalami kegagalan.

Permasalahan lainnya, lanjutnya, adalah banyak masyarakat yang belum menguasai bagaimana budidaya perikanan udang yang baik, serta belum memiliki akses pasar, dan terbatasnya sarana dan prasarana.

"Kami perlu sinergi antarlintas sektor antarpemerintah pusat, pemda, asosiasi tambak, mitra dan kelompok budidaya. KKP membuat percontohan budidaya tambak berkelanjutan berbasis klaterisasi dengan pola kemitraan," katanya.

Sasarannya adalah untuk memujudkan kawasan budidaya tambak dengan pola teknologis semi intensif hingga intensif dan budidaya polikultur.

Ia memaparkan, beberapa langkah yang dilakukan antara lain rehabilitasi jaringan irigasi tambak, pembuatan akses jalan produksi, pembuatan jaringan listrik, rehabilitasi konstruksi dasar dan pematang tambak, serta penyediaan sarana prasarana dan pendampingan manajemen usaha.

Pembicara lainnya, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto, mengatakan pentingnya pengembangan udang vaname karena secara komersial lebih diminati dibandingkan dengan udang windu.

Menurut Yugi Prayanto, secara garis besarnya yang diinginkan investasi budidaya perikanan antara lain perlunya pemetaan potensi di daerah, kemudahan lahan, pendanaan dan industri yang terintegrasi, serta kelancaran dan kemudahan arus distribusi logistik dari industri ke pelabuhan.

"Kendala dari investasi perikanan biasanya adalah listrik," kata Yugi.

Sebelumnya, Pemerintah Australia memberikan apresiasi mereka terhadap penerapan biosecurity yang termasuk dalam pengelolaan sistem produksi budi daya udang yang diterapkan di Indonesia.

Selama periode 2-6 Juli 2018, Pemerintah Australia melakukan tinjauan langsung untuk melihat sejauh mana penerapan sistem produksi pada unit usaha budi daya udang di beberapa negara eksportir udang, termasuk Indonesia mulai dari perbenihan, pembesaran, penanganan panen hingga pengolahan produk.

Baca juga: Lampung ditargetkan jadi lumbung udang nasional
Baca juga: Kulit udang jadi plastik ramah lingkungan? bisa



(T.M040/ )

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018