Pengalaman pada 1998 dan 2012 membuktikan UMKM dapat bertahan dari krisis ekonomi
Jakarta (ANTARA News) - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) meminta calon presiden, yang akan berlaga pada Pemilu 2019, lebih memperkuat kontribusi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap perekonomian nasional.

"Dengan memperkuat peran UMKM sebagai punggung perekonomian, diharapkan kondisi makroekonomi Indonesia juga menjadi lebih tahan banting terhadap ketidakpastian global pada tahun-tahun mendatang," kata Peneliti CIPS Assyifa Szami Ilman di Jakarta, Selasa.

Menurut Assyifa, kebijakan pro-UMKM yang dapat diberikan dapat terfokus pada bantuan modal dan pemasaran, yang selama ini menghambat pertumbuhan UMKM

Ia menuturkan, sebagai sektor yang berperan dalam membuka lapangan kerja bagi 96,87 persen angkatan kerja di Indonesia, UMKM memiliki posisi penting dalam keberlangsungan perekonomian Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM, kontribusi UMKM pada PDB mencapai 60,34 persen pada 2017.

Kontribusi itu, ujar dia, masih dapat ditingkatkan, mengingat peran UMKM dalam porsi ekspor di Indonesia hanya mencapai 15,7 persen.

"Pengalaman pada 1998 dan 2012 membuktikan bahwa UMKM dapat bertahan dari krisis ekonomi, ditunjukkan dengan pertumbuhan positif yang dicapai UMKM pada saat-saat krisis," kata Assyifa.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan, untuk mendorong perkembangan usaha UMKM, pemerintah menurunkan tarif pajak final UMKM menjadi 0,5 persen dan penajaman KUR yang bisa dinikmati 12,3 juta UMKM.

Baca juga: Presiden: pemerintah fokus UMKM dan masyarakat terbawah
Baca juga: Modalku salurkan pinjaman kepada 7.000 UMKM

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018