Jakarta (ANTARA News) - Ulai, begitu biasanya Achmad Hulaefi disapa, merupakan peraih medali perunggu di Asian Games 2018 dari cabang olahraga wushu nomor Daoshu-Gunshu putra.

Dalam ajang olahraga empat tahunan di Asia, Ulai memang ditargetkan meraih medali karena selama ini prestasinya sangat bagus, menjuarai beberapa kejuaraan seperti meraih medali perak di Kejuaraan Dunia Wushu 2017 di Rusia dan SEA Games di tahun yang sama.

Ketertarikan Ulai terhadap cabor wushu berawal dari hobinya menonton film laga Mandarin ketika usianya masih duduk kelas 5 Sekolah Dasar.

Pria kelahiran Jakarta 14 Oktober 1989 itu mengidolakan Jackie Chen dan Jet Lie karena aksi keduanya dalam film laga membuatnya berdecap kagum.

Jurus-jurus kung fu yang ditampilkan Jackie Chen dan Jet Lie membuat Ulai tertarik mempelajari seni beladiri tersebut meskipun pada awalnya menekuni sepak bola yang merupakan hobinya.

Ketertarikannya terhadap wushu pun bak gayung bersambut, sang paman, Ahmad Rivai "menjerumuskannya" lebih dalam pada olahraga asal negeri tirai bambu itu.

Rivai merupakan paman Ulai, dulunya merupakan olahragawan wushu Indonesia dan saat ini Rivai menjadi salah satu pelatih tim wushu Indonesia untuk Taolu.

Ulai yang merupakan sulung dari lima berkeluarga itu seakan meneruskan tradisi di keluarga menjadi pendekar wushu bahkan saat ini telah memberikan kebanggaan bagi keluarganya dengan capaian prestasinya di tingkat internasional.

Persiapan Setahun Membuahkan Hasil

Jelang Asian Games 2018, Ulai dan para atlet wushu Indonesia dikirim ke China selama empat bulan untuk berlatih dengan para atlet negara tersebut dan mempelajari teknik wushu dari negeri asal olahraga tersebut.

Hasilnya menurut Ulai, memberikan dampak yang positif bagi para atlet Indonesia, terutama kepada dirinya karena secara teknik banyak yang dapat diambil misalnya jurus-jurus wushu agar lebih baik.

Sebenarnya Indonesia telah mendatangkan pelatih Talou asal China yaitu Zhang Yuening, salah satu pelatih terbaik yang dimiliki China. Namun Ulai menilai latihan bareng atlet China secara langsung, berdampak positif bagi psikologisnya karena melihat langsung teknik dan jurus-jurus yang dipelajari.

"Psikologis terpengaruh ke arah positif ya, saya lebih percaya diri karena latihan bareng dengan tim jago seperti China," kata Hulaefi.

Dalam ajang Asian Games 2018, Ulai yang turun di nomor Daoshu dan Gunshu, harus puas mendapatkan medali perunggu setelah mengakui keunggulan atlet China Zhaohua yang meraih emas dan Seungjae Cho asal Korea Selatan yang mendapatkan perak.

Di nomor Gunshu, Ulai sebenarnya menunjukkan penampilan yang sangat baik, dirinya terlihat sangat yakin mengeluarkan jurus-jurus yang ditampilkannya menggunakan tongkat. 

Di nomor Gunshu, Ulai memperoleh skor 9.71, lebih baik 0.01 poin dari hasil yang diraihnya di nomor Daoshu yang berlangsung pada Senin (20/8).

Dia menceritakan, sebelum turun di nomor Gunshu pada Selasa pagi, dirinya mengolesi pinggangnya dengan minyak karena ototnya sedikit tertarik disebabkan pemanasan kurang lama sehingga terasa sakit.

Namun sakit di pinggangnya itu tidak terasa ketika memasuki arena laga, sorak sorai penonton membuatnya melupakan rasa sakit tersebut, adrenalinnya terus terpacu hingga melupakannya rasa sakit di pinggang yang sedang di deritanya.

Karena itu Ulai mampu tampil maksimal seakan-akan dirinya tidak sedang mengalami rasa sakit di pinggangnya sehingga mampu memperbaiki skornya melalui nomor Gunshu.

Bagi Ulai, medali perunggu yang diraihnya merupakan hasil dari usaha maksimal yang telah dilakukannya selama setahun ini bersama rekan-rekannya atlet wushu Indonesia.

Setelah raihan di Asian Games 2018, Ulai masih ingin berlaga di SEA Games 2019 di Filipina, namun saat inu dirinya ingin beristirahat dahulu sambil mempersiapkan diri menghadapi SEA Games mendatang.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018