Mataram (ANTARA News) - Titik tenda pengungsian di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, pascagempa bumi 6,9 Skala Richter (SR) pada Minggu (19/8), bertambah dengan memanfaatkan lapangan atau tepi jalan provinsi.

Dari pantauan Antara,  Selasa, bertambahnya jumlah pengungsi itu tidak terlepas dari pusat gempa tektonik pada Minggu malam itu berada di Lombok Timur hingga menambah kerusakan bangunan milik warga.

Tenda pengungsian itu terlihat selepas Pelabuhan Kayangan yang mengarah ke Sambalia. Banyak warga yang meminta-minta bantuan kepada pengguna jalan. Banyaknya tenda pengungsian darurat semakin terlihat di daerah Blanting dan Obel-Obel. Bahkan rumah-rumah sudah luluh lantak di terjang gempa susulan yang cukup kuat itu.

Kondisi memprihatinkan juga terlihat di Sanjang yang mengarah ke Sembalun, warga memanfaatkan tenda alakadarnya untuk tinggal sementara di dekat puing-puing rumah.

Pendistribusian logistik untuk pengungsi daerah tersebut dari pemerintah, terlihat masih minim karena fokus ke Lombok Utara yang menjadi pusatnya di kota Kecamatan Tanjung. Hingga banyak warga meminta-minta di tepi jalan kepada para pengguna jalan.

Sampai sekarang kami belum mendapatkan terpal juga dari pemerintah," kata warga Koko Putih, Lombok Timur, Aminah.

Ia mengaku ada bantuan dari pemerintah untuk daerahnya tapi itu saat terjadi gempa pertama kalinya pada 29 Juli 2018.

Saat ini, khususnya pengungsi di Lombok Timur daerah perbukitan atau kaki Gunung Rinjani paling membutuhkan bantuan tenda, terpal atau selimut, mengingat hujan mulai sering mengguyur daerah tersebut.

Baca juga: Pembangunan rumah rusak akibat gempa didampingi PUPR
Baca juga: Belasan rumah warga mataram akan dirobohkan

Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018