Tokyo (ANTARA News) - Seorang wanita Korea Selatan yang terkena cekal untuk memasuki Jepang pada tahun lalu berhasil melewati sistem pemeriksaan imigrasi dengan menggunakan plester pada jari-jarinya untuk mengelabui mesin pembaca sidik jari, laporan berita menyatakan Kamis. Sistem biometrik itu dipasang di 30 bandara pada 2007 untuk meningkatkan keamanan dan mencegah para teroris memasuki Jepang, tulis Yomiuri Shimbun. Wanita tersebut, yang pernah terkena deportasi, mengungkapkan kepada para penyelidik bahwa dia memakai plester khusus pada jari-jarinya untuk meloloskan diri dari mesin pembaca sidik jari, demikian kata Kyodo News. Jepang mengeluarkan biaya lebih dari empat miliar yen (sekitar Rp485 miliar) untuk memasang sistem itu, yang membaca jari telunjuk para pengunjung dan dengan segera melakukan cek silang dengan database buronan internasional dan orang asing yang pernah dideportasi, kata Yomiuri Shimbun. Wanita Korea Selatan itu dideportasi pada Juli 2007 karena tinggal di Jepang secara ilegal setelah dia bekerja sebagai hostes di sebuah bar di Nagano, Jepang tengah, kata Kyodo, mengutip sumber di Kementerian Kehakiman. Dia tak diperkenankan kembali memasuki Jepang selama lima tahun setelah deportasi, namun Kantor Imigrasi Tokyo menemukan dia lagi pada Agustus 2008 di Nagano, kata Kyodo. Seorang broker Korea Selatan diduga telah memberinya plester dan paspor palsu, tulis Yomiuri, sambil menambahkan para pejabat percaya banyak orang asing telah masuk ke Jepang dengan teknik serupa. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009