Palembang (ANTARA News) - Lapangan tenis kompleks olahraga Jakabaring yang kerap disinari matahari di ibu kota Sumatera Selatan, Palembang, yang menyengat, jadi saksi perjuangan petenis putri Merah Putih bernama Aldila Sutjiadi.

Dila yang tergabung dalam tim tenis Indonesia untuk Asian Games 2018 dengan turun di nomor tunggal putri dan ganda campuran, mencuri perhatian pecinta tenis di kota yang mantap menyadang nama Bumi Sriwijaya ini.

Alasannya, bukan hanya karena parasnya saja yang manis, namun lebih jauh, jejak langkahnya dalam pesta olahraga negara-negara Asia ini-lah yang menjadi sebab tercurinya perhatian masyarakat.

Hal tersebut terbukti dengan selalu padatnya bangku penonton oleh pendukung Indonesia yang menambah riuhnya suasana di lapangan utama tempat Dila kerap kali bertanding baik nomor tunggal ataupun ganda campuran.

Di ganda campuran, Dila yang berpasangan dengan Christopher Rungkat dan didapuk menjadi unggulan 11, melalui laga perdananya dengan kemenangan atas Sarah Mahboob Khan/Muzammil Murtaza dari Pakistan dalam pertarungn dua set yang berkesudahan 6-3, 6-2 yang akhirnya memastikan langkah pasangan ini ke putaran tiga.

Di putaran tiga, pasangan Indonesia ini memastikan langkahnya ke perempat final dengan menumbangkan pasangan Thailand unggulan delapan Nicha Lertpitaksinchai/Sanchai Ratiwatana dalam pertarungan dua set selama 70 menit yang berkesudahan 7-5, 6-1 dan menghadapi pasangan India peringkat empat Rohan Bopanna/Ankita Raina.

Pasangan tersebut, secara luar biasa menumbangkan unggulan empat asal India yang kental dengan budaya tenisnya lewat pertarungan tiga set yang berkesudahan dengan skor 4-6, 6-3, [10-8] dan memastikan diri menembus semifinal yang juga memastikan medali perunggu jatuh ke tangan Indonesia.

Hebatnya lagi, pasangan ini berpeluang melebihi target dari Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) untuk menggondol satu perunggu di Asian Games 2018, dengan menembus final usai menundukan pasangan Jepang Erina Hayashi/Kaito Uesugi 7-6(3), 6-4 di empat besar dan selangkah lagi mendapat medali emas.

"Kami sudah pasti dapat medali, tapi kami bertekad tetap lapar akan gelar," kata Dila menegaskan tak akan berhenti berjuang hingga akhir.

Di nomor tunggal putri, perjalanan Aldila tidak kalah cemerlang. Setelah mendapat "bye" di putaran perdana, Aldila harus menantang unggulan 10 asal Thailand, Peangtarn Plipuech.

Akan tetapi, dengan cemerlang Dila yang saat ini menduduki peringkat 600 dunia menumbangkan pemegang enam titel juara tunggal turnamen ITF yang pernah menduduki peringkat 175 dunia tersebut, dengan bangkit dari kekalahan di set pertama dan akhirnya menutup pertarungan dengan skor 3-6, 6-4, 6-4 untuk melaju ke putaran tiga (16 besar).

Di 16 besar, Dila kembali menghadapi pemain unggulan yakni unggulan lima asal Jepang Miyu Kato. Namun, menghadapi peraih tiga gelar turnamen ITF yang saat ini ada di peringkat 171 dunia tersebut, lagi-lagi Dila memperoleh kemenangan, yang kali ini dengan skor telak 6-1, 6-0, sekaligus memastikan langkahnya ke perempat final.

Di fase delapan besar, Dila menghadapi lawan lebih besar, yakni unggulan dua Asian Games asal China, Wang Qiang. Tapi sayangnya, perjuangan Aldila dalam Asian Games 2018 harus terhenti di fase ini setelah perlawanannya selama 79 menit di lapangan, dipatahkan oleh wakil China yang sempat berperingkat 44 dunia tersebut dengan skor 4-6, 3-6.

Masa Depan
Kendati menderita kekalahan, Aldila tetap mendapat tepuk tangan penghargaan atas perjuangannya dari penonton.

Bukan hanya itu, bahkan sang lawan, Wang Qiang, sendiri mengakui kemampuan Aldila dan kagum padanya yang saat pertandingan itu berstatus satu-satunya wakil tunggal putri tuan rumah yang tersisa.

"Saya pikir dia hari ini bermain baik sebagai pemain muda.... Ketika di usia seperti dia, saya tidak bisa sebaik dia," kata Wang.

Bahkan menurut Wang yang mengaku baru pertama kali bertemu Aldila dalam pertandingan, berani menilai petenis 23 tahun tersebut akan menjadi petenis yang hebat di masa depan.

"Saya pikir dia akan bisa menjadi pemain hebat di masa depan, karena dia memiliki servis bagus, ritten bagus dan dia pemain cerdas yang mampu mengacaukan lawan," ucapnya menambahkan.

Penilaian Wang mungkin saja benar, pasalnya jika melihat rekam jejaknya hingga saat ini, potensinya di tenis sudah terlihat sejak masa junior di mana dirinya pernah lolos sampai ke semifinal turnamen Australia Terbuka Junior 2012.

Dila yang saat itu masih di bawah usia 18 tahun, mampu memborong medali emas tenis Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 Riau di nomor beregu, tunggal dan ganda putri. Dia juga berkontribusi untuk mengantarkan Indonesia promosi ke Group 1 Piala Fed Asia/Oceania pada 2013.

Bermula dari capaiannya di tenis, di tahun itu pula, Dila yang sudah kelas 3 SMA, mendapatkan tawaran untuk bergabung dalam program beasiswa dengan Universitas Kentucky (UK), Amerika Serikat, dan dia-pun menerimanya.

Empat tahun kuliah di jurusan matematika ekonomi, Dila berhasil menutup masa-masa mahasiswa dengan manis.

Selain lulus dengan predikat summa cum laude (IPK 3,92), Dila langganan juara di divisi The National Collegiate Athletic Associate (NCAA). Saat berkuliah dia juga menyumbangkan medali perunggu dari nomor beregu dan ganda putri SEA Games 2015 di Singapura.

Dan belum lama ini, Dila juga sukses mengantarkan tim Piala Fed Indonesia menembus jajaran Grup I zona Asia/Oseania pada 2019 mendatang.

Dengan langkahnya di Asian Games 2018 yang merupakan pertama kalinya dia mewakili Indonesia dalam pesta olahraga negara-negara Asia ini dengan raihan yang cukup baik di mana dia menembus perempat final untuk nomor tunggal putri dan sudah mengamankan medali perunggu untuk nomor ganda campuran, petenis senior sekaligus pasangan gandanya, Christopher Rungkat, menilai Aldila berada di jalur tepat untuk menjadi petenis profesional harapan Indonesia.

"Dengan performa dia di tunggal yang cukup bagus, bukan hanya di Asian Games 2018, tapi juga turnamen lainnya, cukup menununjukan kelas dia, saya yakin dia memiliki peluang besar minimal menembus top 200 tunggal. Demikian juga di ganda, dia cukup solid dalam bermain," kata Christopher Rungkat.

"Dan dengan usianya yang masih muda dan dengan kemampuan yang ada, menurut saya Aldila memilki masa depan yang cerah di tenis," tutur Christopher.

Aldila sendiri mengaku tersanjung dengan berbagai pujian dari para petenis yang kerap berprestasi di tingkat internasional itu, namun dia bertekad tidak terlena dan akan meningkatkan kemampuannya demi bisa bersaing tingkat profesional ke depannya.

"Ya senang ya kalau seperti itu, artinya saya masih akan punya banyak hasil yang lebih bagus lagi ke depannya semoga saja bisa seperti dia nanti atau bahkan lebih. Tapi ada yang harus saya tingkatkan ke depannya karena untuk main dengan lawan yang kelas dunia, butuh peningkatan pola bermain dan fisik yang utama," kata dia.

Namun, Dila yang mengatakan setelah Asian Games 2018, akan mengincar prestasi di turnamen ITF berhadian 25-60 ribu dolar AS di Australia atau Portugal dan berusaha mencapai peringkat 500 besar di tahun ini, mengaku masih harus merogoh kocek yang tak sedikit untuk ikut turnamen.

"Sekitar Rp500-750 juta, kadang dengan hadiah dari turnamen itu ada kalanya harus nombok karena belum ada sponsor, tapi saya ingin terus jaga semangat karena saya ada target, dan impian saya main di salah satu grand slam dan Olimpiade Tokyo," ucapnya penuh harap.

Dengan melihat usia yang masih 23 tahun, semangat dan kemampuan yang dimiliki, rasa-rasanya tinggal menunggu waktu saja Indonesia akan segera memiliki Yayuk Basuki baru lewat pemain putri bernama Aldila Sutjiadi yang siap mengguncang Asia, bahkan dunia.

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018