Palembang (ANTARA News) - Pukulan mengecoh dari Christopher Rungkat di lapangan utama kompleks lapangan tenis Jakabaring Sport City pada hari Sabtu petang itu, sungguh memiliki banyak arti.

Bukan hanya bagi dia dan tandemnya di ganda campuran, Aldila Sutjiadi, tapi juga bagi olahraga tanah air dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Pasalnya, inilah kali pertama Indonesia kembali memperoleh medali setelah terakhir kali bisa dipersembahkan pada 2002 lalu di Busan, Korea Selatan, melalui duet ganda putri Wynne Prakusya/Angelique Widjaja yang memperoleh perak, satu emas beregu putri dan satu perunggu beregu putra.

Bahkan hebatnya, Christo/Aldila bukan menyumbangkan medali perunggu atau perak tapi emas yang pertama sekaligus terakhir kali bisa direbut Indonesia dari nomor ganda campuran pada 1990 yang direngkuh oleh duet Yayuk Basuki/Hary Suharyadi di Beijing.

Seketika, teriakan dan tepuk tangan penonton membahana di tribun penonton lapangan utama yang diakhiri dengan perayaan dari para petenis Indonesia di tengah lapangan.

Melihat momen tersebut, rasa bangga bercampur haru-pun menyeruak di seisi lapangan tenis tersebut yang kini memiliki sejarah menjadi saksi didapatkannya kembali emas oleh cabang tenis bagi Indonesia setelah sekian lama "keliling Asia", termasuk bagi pasangan tersebut.

"Ini gelar perdana saya di Asian Games pertama saya dan ini saya persembahkan buat orang tua yang sudah banyak berkorban bagi saya dari kecil dan memberi dukungan atas apa yang dipilih yaitu karir tenis saya, tanpa mereka mungkin karir aku gak lanjut," kata Aldila dengan mata yang berbinar-binar.

Didapuk menjadi unggulan 11, pasangan ini memiliki perjalanan luar biasa dalam Asian Games 2018 ini. Mulai dari laga perdananya yang mendapatkan kemenangan atas Sarah Mahboob Khan/Muzammil Murtaza dari Pakistan dalam pertarungn dua set yang berkesudahan 6-3, 6-2 dan akhirnya memastikan langkah pasangan ini ke putaran tiga.

Di putaran tiga, pasangan Indonesia ini memastikan langkahnya ke perempat final dengan menumbangkan pasangan Thailand unggulan delapan Nicha Lertpitaksinchai/Sanchai Ratiwatana dalam pertarungan dua set selama 70 menit yang berkesudahan 7-5, 6-1 untuk melaju ke perempat final.

Di perempat final, Aldila/Christopher Rungkat menghadapi pasangan India unggulan empat Rohan Bopanna/Ankita Raina asal India yang kental dengan budaya tenisnya lewat pertarungan tiga set yang berkesudahan dengan skor 4-6, 6-3, [10-8] dan memastikan diri menembus semifinal.

Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) yang sebelumnya menargetkan dalam Asian Games 2018 ini menggondol satu perunggu yang artinya sudah di tangan Indonesia dengan Aldila/Christopher menembus semifinal.

Namun ternyata, mereka berhasil melanjutkan perjalanan dan menembus final usai menundukan pasangan Jepang Erina Hayashi/Kaito Uesugi 7-6(3), 6-4 di empat besar dan memastikan menjadi juara usai memenangkan partai finalnya.

Harapan baru

Pasangan Aldila/Christopher yang memastikan diri masuk dalam jajaran peraih medali emas Asian Games Indonesia, sejak membuat berbagai kejutan dengan mampu menumbangkan para unggulan, mampu menjadi daya tarik para pejabat negara.

Bahkan, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melalui ajudannya menelepon Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) Rildo Ananda Anwar untuk mengucapkan selamat atas keberhasilan cabang tenis menyumbangkan emas di Asian Games 2018.

"Ya karena capaian ini luar biasa, karena tenis sesungguhnya hanya ditargetkan untuk main maksimal dengan target hanya perunggu, tapi dengan capaian ini sungguh luar biasa," kata Pembina PP Pelti Basuki Hadimuljono yang juga Menteri PU PR.

Tak ketinggalan legenda tenis Indonesia Yayuk Basuki yang mengatakan mengulang kunjungannya ke Palembang demi melihat partai final Aldila/Christo yang pada Asian Games 2018 berhasil memecahkan kebuntuan tenis Indonesia dalam mendulang prestasi.

"Terakhir kita dapat tahun 2002, akhirnya kita bisa mendapatkan lagi emas, walau saya sudah bisa prediksi. Dengan kombinasi pemain senior dan junior yang pastinya memiliki masa depan panjang, ini sangat baik bagi tenis kita ke depannya," kata Yayuk.

Hal senada diungkapkan oleh sang ketua umum tenis Indonesia, Rildo Ananda Anwar, yang menyatakan hasil ini merupakan pelecut semangat bagi pemain-pemain yang lebih junior dari pasangan Aldila/Christopher.

"Awalnya kami hanya targetkan satu medali perunggu, namun dengan emas ini, pasti jadi pelecut semangat bagi adik-adik mereka. Ini akan menjadi langkah awal untuk prestasi tenis Indonesia ke depannya," kata Rildo.

Target

Dengan hasil mereka memperoleh medali emas, Aldila/Christopher mengaku bangga bisa membuktikan bahwa Indonesia layak diperhitungkan dalam olahraga tenis.

"Dengan ini kami membuktikan bahwa Indonesia layak diperhitungkan. Akan tetapi, saya minta juga ke Aldila agar jangan cepat puas dan berusaha untuk menembus Olimpiade 2020 Tokyo," kata Christopher yang secara tak langsung menyatakan pasangan ini akan bertahan setidaknya hingga 2020.

Karena pencapaiannya tersebut, pasangan ini akan mendapat bonus sekitar Rp1,5 miliar masing-masing. Pasangan ini mengaku dana bonus tersebut adalah untuk modal mereka mengikuti turnamen reguler di luar negeri.

Hal tersebut mereka lakukan demi meningkatkan peringkat mereka sekaligus mencari pengalaman bertanding yang lebih banyak demi prestasi-prestasi lebih tinggi lagi nantinya.

"Kami memiliki target masing-masing, saya tahun ini ingin tembus top 500 dan tahun depan top 300 lalu saya ingin bisa masuk Olimpiade juga sama dengan Chris," ujar Aldila di lokasi yang sama.

Dengan hadirnya Aldila/Christopher sebagai juara Asia dari Indonesia setelah sekitar 16 tahun tenis tidak bisa memberikan medali, sudah selayaknya menjadi pelecut semangat bagi Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia untuk mencetak lebih banyak lagi petenis-petenis kelas dunia.

Demi alasan untuk mengukuhkan cabang olahraga tenis merupakan salah satu cabang yang bisa diandalkan Indonesia dalam mendulang emas di turnamen multicabang seperti Asian Games, layaknya dekade 90-an hingga awal dekade 2000-an.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018