Mohon maaf kepada pendukung kami..
Jakarta (ANTARA News) - Pukulan Apriyani yang membentur net memastikan duet Greysia Polii/Apriyani Rahayu harus terhenti di babak semifinal nomor perorangan Asian Games 2018, Minggu malam, saat menghadapi pasangan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi asal Jepang.

Mereka harus merelakan tiket ke final kepada pasangan peringkat dua dunia itu dengan skor 15-21, 17-21.

Impian untuk menjadi juara di rumah sendiri pun harus sirna malam ini juga. Meski berusaha tegar di hadapan ribuan penonton di Istora Senayan, Jakarta, air mata Greysia/Apriyani tumpah juga saat bertemu dengan wartawan di area mixed zone.

"Kekalahan ini harus diterima dengan lapang dada. Saya ingin berpesan...," Greysia kemudian tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena tak kuasa menahan air mata.

Ia merapat ke dinding di belakangnya dan tak kuasa menahan tangis. Air matanya mengalir deras. Ia kemudian memberi kode kepada Apriyani untuk menjawab pertanyaan wartawan.

Apriyani sempat terdiam. Matanya sudah merah. Ia berusaha menahan air matanya yang sudah tergenang.

"Mohon maaf kepada pendukung kami.." Apriyani kemudian kembali terdiam sambil menghapus air matanya dengan kaos yang dipakai saat pertandingan.

Apriyani tampak tidak bisa menutupi kekecewaannya.

"Mohon maaf juga buat Kak Gres. Saya belum menampilkan semua kekuatan saya hari ini. Saya merasakan seperti itu. Mungkin faktor kemarin. Badan enggak mungkin bisa dibohongin. Saya minta maaf untuk hasil ini. Saya tahu Kak Gres sangat kecewa sekali," tutur Apriyani.

Greysia kemudian mencoba berbicara. Ia mengaku tidak kecewa dengan penampilan Apriyani yang merupakan teman duet sekaligus juniornya itu.

"Saya tidak kecewa dengan penampilan Apri. Pencapaian kita ini di luar nalar kami, bahkan pelatih kami," ujar Greysia.

Keduanya yang baru dipasangkan pada Mei 2017 itu, sudah mampu unjuk gigi dan kini menembus perangkat empat dunia.

"Tetapi kali ini ada pada emosional feeling kami berdua. Saya tidak menyesal, ini pelajaran untuk Apri bagaimana menjadi juara seutuhnya. Saya sudah pernah merasakan hal ini, saya bersyukur pernah menjadi juara Asian Games bersama Nitya (Krishinda Maheswari). Adanya saya di sini adalah untuk bantu junior-junior saya bisa naik. Saya fokus dengan apa yang saya bisa, sisanya urusan Tuhan. Dia tidak kasih sekarang, ya saya terima," jelas Greysia yang pernah meraih medali emas Asian Games 2014 itu.

Menurut Greysia, kekalahan mereka ini menjadi warisan paling berharga untuk pembelajaran terutama terkait soal mental.

"Karena kalau bicara teknis, Apri punya kemampuan, dia luar biasa. Dia langsung bisa mengimbangi permainan pasangan nomor satu dunia, dia tampil jauh di atas kemampuannya. Apri masih butuh banyak waktu, saya harus bertahan dan sabar dalam latihan, pertandingan, Apri harus bisa maju jadi orang yang lebih matang lagi," tutur Greysia.

Tidak hanya berharap agar Apriyani bisa lebih dewasa dan matang lagi, Greysia juga mengutarakan keinginannya agar para juniornya mampu menjalankan tongkat estafet seolah-olah mengisyaratkan bahwa waktunya bermain bulutangkis sudah tak lama lagi.
 
"Sekarang tinggal kepada Apri dan junior-junior lainnya, mau ambil kesempatan atau tidak? Karena enggak akan mungkin saya masih main sampai lima atau sepuluh tahun kedepan," ujarnya lagi.

"Jadi saya selalu bilang ke Apri, semakin cepat semakin bagus, saya selalu push dia dalam latihan, keseharian dia, mengajarkan punya mental juara. Di satu sisi, saya juga belajar jadi orang yang dewasa. Karena ada Apri, saya jadi belajar jadi orang yang dewasa," tambah Greysia.

Sejatinya, Greysia yakin bisa mengimbangi duet  Matsutomo/Takahashi karena menurutnya level kemampuan teknis mereka sama.

"Kami sama levelnya kalau secara teknis, tetapi secara mental agak timpang. Saya berusaha menolong Apri tetapi namanya proses tidak bisa dipaksa," tutur Greysia.

"Tetapi keinginan saya selalu berusaha juara di rumah sendiri," kata Greysia seraya menghapus air matanya.

Baca juga: Gagal ke final, Greysia/Apriyani minta maaf

Baca juga: Greysia/Apriani terhenti pada semifinal kejuaraan dunia

 

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2018