Jakarta  (ANTARA News) - PT Bio Farma menyatakan kesiapannya untuk membantu negara-negara lain guna mencapai kemandirian dalam mengembangkan vaksin sehingga bisa meningkatkan pelayanan kesehatan di berbagai negara yang ada di dunia.

"Kami siap dengan experts (pakar-pakar) kami membantu setiap negara mencapai kemandirian vaksin," kata Direktur Utama Bio Farma Rahman Roestan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta, Senin.

Rahman menyatakan, saat ini BUMN ini merupakan produsen vaksin yang kompetensi dan keahliannya dalam produksi vaksin telah diakui oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Selain itu, ujar dia, pada bulan Desember 2017, Konferensi Menteri Kesehatan ke-6 OKI di Jeddah telah mengesahkan status Indonesia sebagai Pusat Keunggulan pada Produk Vaksin dan Bioteknologi (Center of Excellence on Vaccine and Bio-technology Product).

Sebagai negara yang memimpin dalam memproduksi vaksin, Indonesia dinilai berkomitmen untuk membantu negara-negara berkembang lainnya untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang pengembangan vaksin.

Pemerintah Indonesia dan Islamic Development Bank (IDB) telah mengadopsi "Strategi Kemitraan Negara Anggota" (Member Country Partnership Strategy-MCPS) 2016-2020 sebagai sarana terjalinnya kerja sama antara IDB dan Indonesia sebagai negara anggota.

Pada pertemuan di Bappenas pagi ini, telah dijalin kerja sama dengan pihak Maroko dan Tunisia dalam rangka membantu pengelolaan riset hingga tahap produksi di kedua negara itu.

"Ada riset potensial yang digabungkan, skala riset dan produksi kita gabung," katanya dan menambahkan bahwa dengan bekerja sama dinilai ke depannya akan mempersingkat pembuatan vaksin baru.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bio Farma Rahman Roestan menyampaikan komitmen perusahaannya yang akan memberikan perhatian pada produksi vaksin halal sesuai Undang-undang Jaminan Produk Halal (JPH).

"Kami di Biofarma concern terhadap penerapan Undang-Undang JPH. Kami sendiri sudah menyiapkan dokumen-dokumen produk yang dapat didaftarkan," kata Rahman di Jakarta, Jumat (3/8).

Dia mengatakan Bio Farma secara bertahap mendaftarkan sertifikasi halal untuk produk vaksin yang diproduksi sendiri.

Rahman menekankan proses sertifikasi halal tersebut dilakukan bertahap karena masih ada beberapa komponen vaksin yang diimpor dan membutuhkan dokumen bahan baku dari negara lain tersebut.

"Sudah ada yang masuk didaftarkan. Sekali lagi ini bertahap, tidak mudah dan tidak bisa cepat karena sangat kompleks," kata Rahman.

Saat ini, ujar dia, Bio Farma sedang melakukan riset pengembangan untuk memproduksi vaksin MR yang ditargetkan selesai bertahap pada 2020 dan 2024.
 
Baca juga: Bio Farma kembangkan vaksin MR halal
Baca juga: PT Bio Farma (Persero) pasok 70 persen kebutuhan vaksin dunia



 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018