Jakarta (ANTARA News) - Tokoh fiksi Pendekar 212 Wiro Sableng menjadi karakter pahlawan lokal pertama dari Indonesia di gim Arena of Valor. 

Ini tak lepas dari penilaian bahwa Indonesia merupakan salah satu pasar penting untuk gim yang jadi cabang olahraga eksibisi di Asian Games 2018.

"Tahun ini ada desain hero ekslusif untuk Indonesia, yaitu Wiro Sableng," kata Fenfen You, Head of AOV Marketing Director, di konferensi pers, Jakarta, Senin.

Wiro Sableng adalah karya ciptaan novelis Bastian Tito yang kemudian diadaptasi ke layar kaca dan sebentar lagi ditayangkan di layar lebar.  

Baca juga: Vino G Bastian bercerita tentang Wiro Sableng

Sheila Timothy, produser film "Wiro Sableng 212", dalam video yang diputar di konferensi pers menyatakan rasa terima kasih karena sang pendekar sableng dapat menjadi pahlawan lokal di Arena of Valor.

"Pasti Bastian Tito senang karyanya bisa dilestarikan dan dinikmati anak milenial sekarang," ujar Sheila.

Baca juga: Mengapa ada game online dianggap olahraga?

Edwin, Head of AOV Indonesia Esports, mengatakan karakter Wiro Sableng saat ini baru hadir di Indonesia sebelum nanti bisa muncul di negara-negara lain. Ia tidak menutup kemungkinan adanya karakter-karakter lokal lain di Arena of Valor sesuai permintaan dari publik.

"Enggak cuma Wiro Sableng yang jadi idaman challenger, ada banyak yang minta, misalnya Si Pitung dan Si Buta dari Goa Hantu," ujar dia.

Arena of Valor menjadi gim pertama yang dipertandingkan di eSports Asian Games 2018, Minggu (26/8), di mana medali emas direbut oleh tim dari China. Tim Indonesia harus takluk setelah kalah dari Chinese Taipei dan Thailand.

Arena of Valor adalah gim multipemain yang sempat dikenal sebagai Mobile Arena di Indonesia. Namanya diganti menjadi Arena of Valor agar gim buatan Tencent ini menggunakan nama yang sama di seluruh negara pemasarannya.

Gim multiplayer online battle arena (MOBA) ini mengisahkan perang antara dewa dengan iblis sehingga manusia tidak bisa tinggal diam menghadapinya. 

Baca juga: Mengenal eSports di Indonesia, dulu dan sekarang

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018