Jakarta (ANTARA News) - Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Anthony Ginting mengaku tetap bersyukur bisa mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia di ajang pesta olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade, Aian Games.

Ginting, sapaan akrabnya, gagal melanjutkan langkah ke final setelah dibungkam oleh Chou Tien Chen asal Chinese Taipei lewat pertarungan tiga gim selama 1 jam 22 menit dengan skor 21-16, 21-23, 17-21.

"Saya tetap bersyukur," kata Ginting usai bertanding di Istora Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, Senin sore.

"Namanya manusia berharap lebih, mungkin ini rezeki yang Tuhan kasih, saya bersyukur bisa menyumbang medali perunggu untuk Indonesia," tutur pemain peringkat 12 dunia itu.

Unggul di gim pertama, Ginting kehilangan peluang untuk merengkuh kemenangan di gim kedua. Ia harus menelan kenyataan pahit saat langkahnya dihentikan pemain peringkat enam dunia itu di gim ketiga.

"Puji Tuhan main dengan baik, sayang nggak bisa manfaatin kesempatan di game kedua. Sayang juga nggak bisa gunakan kesempatan dengan baik. Sebenarnya di game kedua sudah saya full attack, tapi defense-nya Chou sudah siap, saya banyak mati sendiri," ujar Ginting mengungkap kekalahannya.

Sebelumnya Ginting membuat kejutan di perempat final dengan mengalahkan unggulan kelima asal China Chen Long yang juga juara Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu dalam dua gim langsung 21-19, 21-11.

Sebelumnya, Ginting juga menghentikan langkah unggulan kedua dari Jepang Kento Momota di babak 16 besar.

"Semoga saya bisa konsisten di pertandingan-pertandingan selanjutnya, bisa main seperti ini terus ke depannya sudah bagus. Tapi yang pasti saya mau yang lebih lagi," kata pemain berusia 21 tahun kelahiran 20 Oktober 1996 itu.

Baca juga: Meski kalah, Ginting tetap dielu-elukan di Istora

Baca juga: Anthony Ginting harus puas dengan medali perunggu

Baca juga: Ibunda Anthony Ginting tegang nonton putranya hadapi juara dunia

Baca juga: Juara sejati itu bernama Ginting


Baca juga: Jokowi jenguk Anthony Ginting di Istora

Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018