Beijing, China, (ANTARA News) - Penelitian belum lama ini di China telah mengurai misteri mengenai penyebaran jarak jauh benih tanah sampai melintasi samudra, kondisi yang memainkan peran dalam pembentukan penyebaran geografis tanaman.

Para peneliti, yang dipimpin oleh Kunming Institute of Botanya di bawah Akademi Sains China, menggunakan keluarga jelatang (Urticaceae) --salah satu tanaman yang tersebar paling luas di dunia-- sebagai pusat kajian mereka. Dengan menggunakan pendekatan banyak disipilin dan menyusuri data biografik serta oceanografik, tim itu mengungkap bagaimana benih tanaman dalam negeri melakukan perjalanan menyeberangi samudra.

Penelitian tersebut memperlihatkan keluarga jelatang berasal dari Eropa-Asia sekitar 69 juta tahun lalu dan telah melakukan sedikitnya 92 perjalanan jarak jauh, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.

Bagaimana benih tanaman itu melakukan perjalanan dari Eruasia ke seluruh dunia?

Peneliti Wu Zengyuan mengatakan banyak benih dari keluarga jelatang dapat mengambang di air laut selama lebih dari 220 hari dan sebagian bisa bertahan setelah 10 bulan tenggelam di air laut.

"Analisis simulasi arus samudra juga memperlihatkan beni itu menyeberangi samudra dengan bantuan arus," kata Wu.

Para peneliti menyumpulkan bahwa dalam sejarah evolusi keluarga jelatang, benih tersebut tampaknya diangkut ke samudra melalui sungai di daratan dan kemudian diangkut oleh arus samudra ke bagian lain samudra. Akhirnya, benih itu dapat mendarat di pantai karena peristiwa cuaca ekstrem seperti tsunami.

Penelitian tersebut menyediakan rujukan bagi penyebaran geografis kelompok biologi lain yang tersebar luas. Studi itu disiarkan di jurnal Ecology Letters.
 

Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2018